1st Spiral: Road To Nowhere
Sama seperti hari-hari biasanya, hari ini pun aku berkendara melewati jalanan padat merayap yang begitu akrab bagiku. Saking akrabnya, aku sampai yakin kalau aku bisa melewatinya dengan mata tertutup. Yah... sebenarnya tidak sampai segitu juga sih. Soalnya begitu aku melakukannya, pastinya aku akan segera menabrak sesuatu, atau tertabrak sesuatu. Dan aku tidak cukup berani –atau gila– untuk mencoba mengendarai motor dengan mata tertutup di tengah jalanan kota metropolitan seperti ini. Itu sama saja meminta malaikat maut buru-buru turun dari langit dan mencabut nyawaku. Sore itu situasi jalanan sama seperti sebelumnya. Macet. Mobil, motor, truk, bis, sepeda, becak, semuanya berdesakan dalam satu alur jalanan yang sama. Semuanya terlihat dipaksa untuk berada dalam situasi yang sama. Ada berbagai ekspresi yang bisa kulihat di wajah-wajah mereka. Lelah, gembira, jengkel, sedih, sampai yang membiarkan emosinya hilang ditelan asap kendaraan yang menggantung di udara. K...