Aira dan Willy
Aira dan Willy
Willy bangun perlahan sambil memegangi kepalanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pandangannya buram sekali hingga dia tidak bisa melihat dengan jelas keadaan di sekelilingnya. Dia hanya tahu dia sedang berada di dalam sebuah ruangan yang serba putih.
“Apa yang terjadi padaku...?”
Remaja berumur 15 tahun itu tidak terlalu ingat apa yang telah terjadi padanya hingga dia sampai pingsan. Hal terakhir yang dia ingat adalah dia sedang pulang sekolah dengan mengendarai sepedanya. Perlahan-lahan dia ingat kalau dia melihat seberkas cahaya yang sangat terang menerpa tubuhnya sebelum dia kehilangan kesadarannya. Willy juga mulai ingat kalau dia sempat mendengar suara yang sangat keras, diikuti sensasi seakan tubuhnya dihantam oleh sesuatu yang sangat berat dan besar.
Willy menelan ludahnya. Dia mulai mereka-reka apa yang telah terjadi pada dirinya.
Cahaya terang....suara keras dan sensasi seakan-akan dihantam sesuatu.....?
Remaja itu bergumam dalam hati, sambil berusaha mengingat-ingat apa yang kira-kira telah terjadi pada dirinya. Dia lalu menyadari suatu kemungkinan yang mengerikan.
“Ja.....jangan-jangan aku baru saja mengalami kecelakaan dan.......” dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya lagi. “...ma...mati.....?”
“Tidak. Kau belum mati. Tapi memang benar sekali kau baru saja mengalami kecelakaan hebat.”
Tiba-tiba terdengar suara lain dari samping Willy. Remaja itu langsung menoleh dan memicingkan matanya, yang perlahan-lahan mulai berfungsi kembali. Sayangnya dia masih belum bisa melihat dengan jelas. Semuanya masih buram dan kabur.
“Siapa itu? Dimana aku? Apa yang terjadi?” Willy langsung memberondong siapapun yang berbicara padanya dengan pertanyaan. Dia ingin sekali melihat siapa yang bicara, tapi pandangannya masih belum berfungsi dengan benar. Dia hanya bisa melihat sosok seseorang berpakaian merah dan hitam di depannya, tapi sosok itu terlihat kabur dan tidak jelas di matanya.
“Sebentar. Sepertinya matamu belum ku-setting dengan benar,” ujar sosok misterius itu lagi. Dia tampak melakukan sesuatu karena tiba-tiba saja Willy bisa melihat dengan jelas.
Begitu kemampuan penglihatannya kembali, remaja tanggung itu langsung melongo.
Bagaimana tidak, Willy sekarang bisa melihat kalau dirinya sedang berada di dalam ruangan putih yang terlihat sangat futuristis. Di dalam ruangan itu terdapat banyak sekali mesin dan benda-benda lainnya, yang tampak memperlihatkan layar hologram yang melayang diudara. Jelas sekali dia tidak sedang berada di dalam ruangan sebuah rumah sakit.
“Nah, bagaimana? Sudah bisa melihat dengan jelas kan?”
Willy menoleh lagi ke arah sosok misterius yang dari tadi berbicara padanya dan langsung terperangah.
Sosok itu tidak lain adalah sosok seorang gadis yang kira-kira seumuran dengannya, dengan wajah yang sangat manis dan rambut panjang sepinggang. Dia terlihat mengenakan pakaian ketat yang tampak menonjolkan bentuk tubuhnya. Gadis itu terlihat sangat menawan sekali dan sebenarnya pasti akan membuat Willy jatuh hati padanya.
Kalau saja gadis itu tidak memiliki sepasang tanduk mencuat di samping kepalanya dan ekor tebal yang terayun bebas di belakang tubuhnya.
“Uwaaaaaahhhh!!!!!”
Willy langsung berteriak keras karena kaget dan melompat mundur dari tempatnya berbaring, hanya untuk terjatuh dengan keras diatas lantai ruangan yang terbuat dari logam.
“Aaah! Jangan bergerak tiba-tiba begitu! Aku belum selesai memperbaiki tubuhmu! Nanti kalau rusak lagi, aku bisa repot!” seru gadis aneh itu sambil bergegas mendekati Willy. “Tenanglah!”
Tentu saja Willy langsung ketakutan dan berseru lagi pada sang gadis misterius, sambil mengibaskan kedua tangannya.
“Mundur!!! Jangan dekati aku!! Dasar monster!!!”
Gadis bertanduk dan berekor itu tampak jengkel dengan sikap Willy. Dia langsung mendengus kesal dan berkacak pinggang di depan remaja itu.
“Enak saja mengatai aku monster! Aku ini bukan monster! Aku Aira Nauman Kayfiri seorang gadis dari ras Liuterima! Daripada menyebutku monster, masih lebih sopan kau memanggilku dengan sebutan alien!” dengus gadis bertanduk itu sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri. “Dasar tidak tahu diri! Sudah untung kau tidak kubiarkan tercerai-berai di luar sana. Setidaknya ucapkan terima kasih padaku karena telah menyelamatkan nyawamu!”
Willy langsung terdiam begitu mendengar ucapan gadis aneh yang mengaku bernama Aira itu.
“Eh? Apa maksudmu dengan ‘tidak membiarkan aku tercerai-berai di luar sana’?” tanya Willy bingung. Tapi dia lalu terbelalak lebar karena menyadari ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya.
Tangannya kini berwarna putih mengkilat, jelas-jelas tidak terbuat dari darah dan daging, melainkan dari sejenis logam. Dia lalu menyadari kalau bukan hanya tangannya saja yang telah berubah, seluruh tubuhnya juga. Seluruh tubuh Willy kini terbuat dari logam yang keras. Dengan kata lain, tubuh Willy sudah berubah menjadi tubuh sebuah robot atau android.
Dengan gemetar remaja itu memandangi kedua tangan dan tubuhnya yang jelas-jelas sudah tidak normal lagi. Dia lalu menatap ke arah Aira yang tampak berdiri dengan sikap bersalah.
“Err....aku tahu kau kaget karena kondisi tubuhmu tahu-tahu sudah jadi seperti itu. Tadinya aku mau memberikanmu tubuh organik, tapi berhubung aku tidak punya stok, jadi kupakai saja apa yang kupunya....” ujar Aira sambil memalingkan wajahnya dan menggaruk belakang lehernya. Dia lalu menambahkan dengan nada penuh penyesalan. “Yah....mau bagaimana lagi.....soalnya tubuhmu yang asli...ehm....lumayan berantakan setelah ditabrak oleh pesawat luar angkasaku saat mendarat darurat. Maafkan aku....”
“APA?!” seru Willy kaget setengah mati begitu mendengar penuturan Aira. Dia lalu mengulangi perkataanya lagi. “Aku....APA?!”
Aira langsung melayangkan ekspresi sedih. Gadis itu lalu menekan sesuatu di pergelangan tangannya.
Tiba-tiba sebuah tabung besar, yang tampak terbuat dari kaca tebal, muncul begitu saja dari sebuah panel yang ada di salah satu sisi ruangan. Tabung itu tampak berisi cairan berwarna biru terang. Di dalam cairan itu sepertinya mengambang beberapa benda yang tampak tidak asing bagi Willy. Sayangnya kaca tabung itu tampak buram sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas apa isi tabung itu.
“Maaf ya....tapi untungnya otakmu masih utuh ketika kutemukan. Jadinya aku masih bisa menyelamatkan nyawamu,” ujar Aira lagi sambil menekan sesuatu lagi di pergelangan tangannya.
Seketika itu juga kaca pada tabung misterius itu menjadi bening dan benda-benda yang melayang dalam tabung itu jadi bisa terlihat dengan jelas.
Begitu melihat isi tabung itu, Willy langsung pingsan ditempat.
“Aaah! Dia pingsan lagi!” ujar Aira sambil bergegas mendekati remaja itu. Dia lalu menoleh ke arah tabung besar yang masih berdiri tegak tidak jauh darinya. “Seharusnya aku tidak memperlihatkan itu padanya....”
Aira menggelengkan kepala sambil menekan tombol lain di pergelangan tangannya. Tabung besar, berisi apa yang tersisa dari tubuh Willy setelah tertabrak pesawat luar angkasa Aira, langsung kembali ke tempatnya semula.
****
“Apa kau sudah tenang?”
Aira bertanya pada Willy, sambil duduk di sofa empuk yang melayang beberapa senti dari lantai dan menyeruput minuman hangat dari cangkirnya. Gadis alien itu lalu menyodorkan cangkir porselin yang dia pegang kepada remaja di depannya itu.
“Mau?” tanya Aira dengan santai. “Ini enak sekali loh.”
Willy langsung bangkit dari sofanya dan menatap Aira dengan tatapan marah.
“Tidak! Dan bagaimana aku bisa tenang kalau aku jadi seperti ini, sementara tubuhku yang asli berantakan seperti itu!!??” bentak Willy sambil mengibaskan tangannya dengan marah.
“Aku bisa maklum kalau kau marah padaku. Tapi kecelakaan itu bukan salahku!” balas Aira sambil meletakkan cangkirnya di meja yang melayang di udara. “Aku terpaksa mendarat darurat di planet ini setelah pesawatku ini ditembak jatuh oleh pesawat milik para Germinas.”
Willy langsung bertanya pada Aira. “Ditembak oleh....apa?”
“Germinas. Ras yang hampir seluruh anggotanya berprofesi sebagai perompak, perampok, atau penyelundup. Akhir-akhir ini mereka banyak berkeliaran di sekitar sistem tata surya ini,” jawab Aira. Dia lalu menambahkan dengan ekspresi jengkel. “Kalau bukan karena tugas penting, aku tidak mau terbang dekat-dekat area ini. Tapi apa boleh buat. Sumber Chieratium terdekat dari planetku cuma bisa ditemukan dalam tambang yang ada di satelit planetmu ini.”
Willy semakin bingung dengan istilah-istilah asing yang diucapkan oleh Aira. “Chie....apa itu?”
Aira mendesah karena malas memberi penjelasan pada remaja di depannya itu. Tapi apa boleh buat.
“Chieratium adalah salah satu material penting yang digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat lapisan utama pada Folding Generator. Itu adalah mesin yang dipakai oleh banyak ras maju di luar angkasa sana untuk perjalanan antar-bintang. Dengan mesin itu, kami bisa ‘melipat’ ruang-waktu hingga perjalanan beberapa juta tahun cahaya bisa dilakukan hanya dalam beberapa jam saja,” ujar Aira sambil menyeruput minumannya lagi. “Intinya sih itu material yang sangat berharga dan sepertinya para Germinas itu ingin merampasnya dari pesawatku.”
Willy langsung lemas dan membiarkan tubuh logamnya itu terjatuh ke sofa empuk di belakangnya. Remaja itu langsung merasa pusing dan memegangi kepalanya.
“Jadi.......apa kau bisa mengembalikan tubuhku jadi normal lagi?” tanya Willy dengan lesu.
“Tidak,” sahut Aira singkat, membuat Willy berjengit kaget. Tapi gadis itu buru-buru menambahkan. “Tidak dengan teknologi yang kumiliki di pesawat ini. Tapi kalau kau mau ikut denganku ke planet Higrifas, planet asalku, kami bisa memulihkan tubuhmu dan memasukkan lagi otakmu ke kepalamu yang asli.”
“Kau bisa melakukannya?!” seru Willy gembira.
Aira mengangguk mengiyakan.
“Tentu saja bisa! Ras kami dikenal memiliki pengetahuan dan teknologi di bidang medis yang jauh lebih maju daripada ras lain di galaksi ini,” ujar gadis bertanduk itu dengan penuh percaya diri. “Serahkan saja padaku. Jadi untuk sementara waktu bersabarlah dengan tubuh itu.”
Willy langsung menghembuskan nafas lega begitu mengetahui kalau dirinya bisa kembali seperti semula. Remaja itu langsung menyandarkan tubuhnya ke sofa empuk yang dia duduki.
“Ngomong-ngomong....aku belum tahu siapa namamu.”
Aira kembali bertanya sambil menatap lurus ke arah Willy, membuat remaja itu menjadi tersipu melihat wajah Aira yang memang cantik.
“Aku biasa dipanggil Willy. Jadi panggil saja aku begitu,” ujar Willy sambil balas memandangi wajah Aira.
“Willy....nama yang aneh,” celetuk Aira.
Gadis alien itu lalu berdiri dan memandangi Willy sambil berkacak pinggang.
“Nah. Kalau begitu sekarang kau bisa mulai membantuku memperbaiki pesawat ini, supaya kita bisa segera pergi ke planetku,” ujar Aira. Dia lalu nyengir lebar melihat ekspresi Willy yang menyiratkan pesan ‘aku-tidak-tahu-cara-memperbaiki-sebuah-pesawat-alien’.
“Jangan khawatir. Kau hanya perlu melakukan apa yang kusuruh dan semuanya akan beres. Aku butuh tenagamu untuk melakukan beberapa hal yang tidak bisa kulakukan sendiri,” ujar Aira lagi sambil menepukkan tangannya.
Willy mengangguk pasrah. Demi mengembalikan tubuhnya jadi seperti semula, dia bersedia melakukan apapun.
Remaja bernasib malang itu lalu bertanya pada dirinya sendiri di dalam hati.
Kenapa aku bisa terlibat dalam masalah seperti in?.
****
Perbaikan yang dilakukan oleh Willy dan Aira rupanya tidak banyak.
Pesawat luar angkasa Aira memang sangat canggih hingga bisa memperbaiki kerusakannya sendiri. Aira hanya perlu mengontrol beberapa peralatan untuk mempercepat proses reparasi itu, sementara Willy ditugaskan untuk membereskan puing-puing sisa kerusakan yang ditimbulkan oleh tembakan pesawat Germinas.
Tidak butuh waktu lama hingga pesawat luar angkasa Aira siap lepas landas. Aira tidak membuang-buang waktu dan segera memacu pesawatnya melesat menembus atmosfir planet. Pesawat canggih itu hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai keluar orbit planet tempatnya jatuh tadi.
Sayangnya begitu pesawat yang ditumpangi Aira dan Willy itu melewati orbit planet, mereka dicegat oleh sebuah pesawat luar angkasa yang berbentuk mirip kecoak raksasa.
“Sialan! Germinas-germinas itu masih saja mengincar muatan pesawatku!” umpat Aira sambil memandang keluar dari jendela ruang kendali pesawatnya. Dia lalu menoleh ke arah Willy yang terbengong-bengong melihat bentuk pesawat milik ras perompak itu. “Hei! Jangan diam saja! Lakukan sesuatu dengan pesawat itu!”
Willy langsung terkesiap dan membalas perkataan Aira. “Yang benar saja!? Memangnya aku ini bisa apa?!”
Aira langsung menekan beberapa tombol di pergelangan tangannya.
Tiba-tiba sebuah lubang besar terbuka tepat di bawah Willy dan sofa melayang yang dia duduki. Seketika itu juga keduanya langsung jatuh ke lubang tersebut, yang ternyata langsung terhubung ke luar pesawat.
Willy langsung megap-megap, berusaha mati-matian untuk bernafas karena dia tahu di luar angkasa itu tidak ada udara. Dia nyaris yakin kalau Aira baru saja berniat membunuhnya, ketika dia mendengar suara Aira di dalam kepalanya.
“Apa yang kau lakukan?! Kau tidak lagi butuh udara untuk bernafas, jadi berhentilah bersikap konyol seperti itu!!”
“Eh?!” Willy terkejut ketika dia menyadari kalau ucapan Aira benar. Dia sama sekali tidak kesulitan bernafas. Malah sebenarnya dia sudah tidak perlu lagi bernafas sejak tubuhnya diubah oleh Aira, hanya saja dia tidak menyadarinya.
“Nah, kalau kau sudah sadar, sekarang hancurkan pesawat para Germinas itu sebelum mereka menembaki pesawatku lagi!” seru Aira melalui jaringan komunikasi di kepala Willy.
“Caranya?!” tanya Willy panik, terlebih ketika dia melihat duri-duri di sisi pesawat luar angkasa ras Germinas itu mulai bercahaya. Dia langsung punya firasat kalau cahaya itu bukan sekedar cahaya lampu belaka. “O....oi! Aira!!!”
“Sebentar! Aku belum selesai mengaktifkan semua fungsi tubuhmu!” balas Aira dari dalam ruang kendali pesawatnya. Jemari gadis itu menari dengan cepat diatas keyboard holografis yang melayang di depannya. Deretan kode-kode program tampak muncul dengan cepat di layar-layar holografis yang ada di sekitar gadis alien itu.
“AIRA!!!”
Willy berseru ketakutan ketika seberkas bola energi meluncur dari sisi pesawat milik ras Germinas dan mengarah tepat ke arahnya. Dengan panik dia berusaha menghindar tapi dia tidak bisa bergerak dengan benar. Dia malah berputar-putar tidak karuan di ruang angkasa yang tanpa gravitasi itu.
“AIIRRAAAAA~~~!!!!”
“Selesai! Anti-Flagship Weapon System diaktifkan!!” seru Aira sambil menekan sebuah tombol di pergelangan tangannya. Begitu dia menekan tombol itu, di depan mata Willy langsung muncul berbagai macam simbol, diagram, grafik dan macam-macam tulisan yang tidak bisa dia baca. Tapi di saat yang sama, tubuhnya langsung bergerak sendiri.
“UWAAAAAA~~~~~~!!!!”
Willy berteriak ketakutan ketika tubuhnya tiba-tiba melesat ke arah bola energi yang meluncur ke arahnya. Dia memejamkan matanya ketika tangannya bergerak sendiri dan menghantam bola energi tersebut. Sebuah ledakan dahsyat langsung tercipta tapi setelah itu tubuh Willy melesat dari balik kilatan ledakan itu dan langsung mengarah ke depan pesawat para perompak yang menyerang pesawat Aira.
“Apa-apaan ini?!” seru Willy kebingungan selagi tubuhnya melesat dengan kecepatan tinggi menggunakan 4 buah Ion Thruster di belakang tubuhnya. “Apa yang sudah kau lakukan pada tubuhku?!”
“Jangan kaget! Tubuhmu itu sebenarnya kubuat dari senjata anti pesawat luar angkasa yang kebetulan kubawa dari planet lain. Sudah! Tidak ada waktu untuk basa-basi! Sekarang hancurkan pesawat perompak menjengkelkan itu!” seru Aira melalui saluran komunikasinya. “Aktifkan Gravity Gun! Tembak dengan kekuatan penuh dari jarak nol meter!!! Itu pasti akan menghancurkan mereka dalam sekali tembak!”
“Gravi....APA?!” tanya Willy makin pusing ketika melihat tubuhnya berhenti mendadak tepat di depan moncong pesawat ras Germinas. Tangannya langsung terangkat ke depan dan tiba-tiba saja berubah bentuk, lalu membesar hingga terbentuk sebuah meriam raksasa yang ukurannya nyaris 3 kali lipat tubuhnya sendiri. “Tu....tunggu dulu...!!”
“TEMBAK~~!!”
Aira berseru di dalam ruang kendali sambil menekan sebuah tombol di pergelangan tangannya.
Sebuah bola energi yang berwarna kehitaman langsung melesat keluar dari laras meriam raksasa, yang tadinya adalah tangan Willy itu. Bola energi itu langsung menghantam pesawat luar angkasa ras Germinas yang berbentuk seperti kecoak.
Efeknya sungguh dahsyat. Ukuran bola energi itu memang nyaris tidak ada apa-apanya dibandingkan ukuran pesawat luar angkasa ras Germinas. Namun begitu bola itu menghantam dan menembus pesawat itu, badan kendaraan raksasa itu langsung terpilin dan tampak tersedot oleh suatu kekuatan maha dahsyat, sebelum akhirnya meledak menjadi serpihan kecil.
Kekuatan ledakan itu membuat tubuh Willy terlontar balik ke arah pesawat luar angkasa Aira, lalu membentur dinding luar pesawat berwarna putih itu. Efek ledakan dan benturan tersebut membuat Willy langsung tidak sadarkan diri, sementara Aira bersorak kegirangan di dalam ruang kendali pesawatnya.
“Rasakan itu! Dasar perompak-perompak tidak tahu diri!!” sorak Aira sambil menepuk panel kendali di depannya. Pandangannya lalu jatuh ke salah satu layar holografis yang memperlihatkan tubuh Willy yang melayang-layang di dekat pesawatnya. “Ups! Aku tidak boleh buang-buang waktu. Sudah saatnya kita pergi.”
Sekali lagi Aira menekan tombol di pergelangan tangannya dan membuat tangan-tangan robotik keluar dari pesawatnya. Dengan tangan-tangan itu Aira lalu menangkap Willy yang tidak sadarkan diri, lalu membawanya masuk ke pesawat. Ketika yakin tubuh Willy sudah di amankan, Aira langsung mengetikkan perintah lagi di keyboard holografisnya.
“Nah. Sudah saatnya aku pulang...dan sudah saatnya Willy mendapatkan tubuh aslinya kembali,” ujar Aira sambil menekan sebuah tombol, membuat pesawat luar angkasanya bercahaya dan menghilang begitu saja, disertai kilatan cahaya terang berwarna biru.
****
“Ya. Benar. Aku berhasil membawa pulang stok Chieratium untuk tahun ini, sekaligus membawa pulang contoh Anti-Flagship Weapon System yang kita pesan dari ras Lundgen. Ya....apa? Tidak. Alien yang tidak sengaja mengalami kecelakaan waktu itu baik-baik saja. Tubuhnya sudah dipulihkan dan sekarang dia ada di sampingku. Ya. Ya! Baiklah! Nanti kuhubungi lagi!”
Aira mengakhiri hubungan komunikasi dengan atasannya itu sambil mendesah.
Dia memang berhasil kembali ke planetnya dengan selamat sekaligus menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tapi atasan yang memberikan misi Aira sama sekali tidak senang ketika mendengar laporannya soal Willy, remaja bernasib sial yang nyaris mati gara-gara tertabrak pesawatnya saat mendarat darurat. Meski sudah memberikan penjelasan panjang lebar, tetap saja dia mendapatkan sanksi. Hukumannya tidak berat, dia hanya dilarang mengendalikan pesawat luar angkasa selama beberapa bulan kedepan. Tapi itu artinya dia tidak bisa segera mengantarkan Willy kembali ke planetnya.
“Jadi begitulah...” ujar Aira sambil menoleh ke samping, ke arah Willy yang duduk disampingnya. Gadis bertanduk itu lalu memainkan alat komunikasi yang dia pegang sebelum memasukkan benda itu kembali ke saku pakaiannya. “Untuk sementara ini kau terjebak di planet ini. Sialnya rekan-rekanku yang lain semuanya sedang tidak ada ditempat dan tidak ada jalur transportasi menuju planetmu. Jadi tidak ada yang bisa mengantarmu pulang.”
Willy menepuk wajahnya dengan kesal.
“Ini benar-benar nasib sial!” umpat remaja itu sambil berdiri di depan Aira dan memandang gadis ras Liuterima itu dengan tatapan jengkel luar biasa. “Terus....kenapa aku jadi seperti ini!?”
Remaja itu lalu merentangkan sebelah tangannya sambil menunjuk ke arah matanya sendiri dengan tangannya yang lain.
“Lihat!” serunya marah. “Kenapa aku cuma punya sepasang tangan dan sepasang mata!”
Aira langsung salah tingkah. Gadis itu menggaruk belakang lehernya, lalu memainkan rambut panjangnya sambil menghindari tatapan tajam dari Willy.
“Uhm....yaah....gara-gara sebagian besar tubuhmu berantakan tidak karuan setelah kutabrak dengan pesawat, kami jadi melakukan kesalahan saat merekonstruksi ulang tubuhmu.” ujar Aira dengan nada menyesal. Dia lalu menambahkan. “Ini gara-gara bentuk tubuhmu terlalu mirip ras manusia sih! Lagipula kau tidak bilang apa-apa soal itu waktu tubuhmu masih terbuat dari bekas senjata anti pesawat luar angkasa!”
“Apa maksudmu terlalu mirip ras manusia?! Ras Mijukayn seperti diriku ini punya 2 pasang tangan dan 2 pasang mata, sedangkan manusia itu cuma punya sepasang tangan dan sepasang mata!!” protes Willy sambil menepuk dadanya sendiri. “Kenapa aku tidak protes waktu itu? Itu karena kau bilang kalau tubuhku waktu itu hanya tubuh sementara, jadi aku terima saja apapun bentuknya!”
Willy lalu menunjuk ke arah Aira sambil berseru marah.
“Pokoknya aku tidak mau tahu! Kau harus bertanggung jawab karena sudah membuatku terlibat urusan rumit seperti ini!”
Aira tertawa kecil. Gadis itu lalu berdiri di depan Willy dan menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan gaya penuh percaya diri.
“Jangan khawatir! Menumbuhkan tangan dan mata ekstra untukmu itu adalah perkara mudah!” balas Aira sambil tersenyum lebar. “Percayakan saja padaku!”
Willy langsung menepukkan tangannya ke wajah sambil menggerutu dalam hati.
Alien yang satu ini benar-benar bikin jengkel setengah mati!
****
~FIN?~
Comments