Everyday Adventure XI: Cloud Fish
Everyday Adventure XI
(Cloud Fish)
Hari itu kota Bravaga
terlihat berbeda dari biasanya.
Kota yang sepenuhnya
dihuni oleh robot dan mesin itu terlihat begitu hijau dan dipenuhi dengan bunga
yang berwarna-warni. Semak belukar terlihat menghiasi jalanan utama yang
membelah kota, sementara beberapa pohon tinggi terlihat bertengger dengan
posisi tidak wajar di beberapa sudut kota. Beberapa di antara mereka bahkan
terlihat seolah sedang setengah memanjat bangunan-bangunan kota yang terbuat
dari beton dan baja.
Bukan. Kota para
robot ini bukannya sudah ditinggalkan oleh penghuninya dan kemudian berubah
menjadi hutan belantara, seperti nasib kota-kota lain di sekitarnya. Hanya
saja, untuk kali ini, hutan belantara lah yang ‘mendatangi’ kota Bravaga.
Pohon, semak, dan tanaman menjalar yang baru saja menginvasi kota itu tidak
lain adalah ‘Travelling Trees’, atau ‘Pohon Pengembara’, yang kadang juga
disebut sebagai ‘Tumbuhan Berjalan’.
Tentu saja kemunculan
mereka tidak lengkap tanpa penghuninya.
Sosok-sosok makhluk
mirip reptil yang disebut sebagai ‘Backpackers’ terlihat berseliweran di
jalanan dan di sudut-sudut kota. Beberapa di antara mereka berukuran cukup
besar sehingga bisa dinaiki oleh robot yang seukuran manusia dewasa. Sama
seperti para Pohon Pengembara, Backpacker datang ke kota Bravaga hanya karena
satu alasan utama: baru-baru ini kota itu menjadi area dengan tingkat radiasi
yang sudah lama sekali tidak pernah terdeteksi di sekitar dataran ini.
Penyebabnya tidak
lain adalah hujan meteor yang beberapa waktu lalu menghujani kota Bravaga dan
menyebabkan kerusakan di sana-sini. Sebagai benda yang bukan berasal dari bumi,
tentu saja batu-batu antariksa itu membawa serta berbagai jenis radiasi yang
secara alami terkandung di dalamnya, dan radiasi itulah yang menjadi makanan
paling lezat bagi para Pohon Pengembara dan Backpackers.
“Tahun ini sepertinya
lebih banyak dari sebelumnya yah. Ramai sekali~!”
Maria berkomentar
sambil duduk di pinggiran atap apartemen tempat tinggalnya. Gynoid berambut
hitam dan bertubuh langsing itu tersenyum lebar ketika dua ekor Backpacker
bersayap melintas sambil ‘berdansa’ di udara. Sementara itu tiga ekor
Backpacker lainnya terlihat mengamati gerak-gerik Maria yang sedang bersandar
di batang Pohon Pengembara, yang memutuskan untuk berhenti di atap apartemen
Maria.
“Iya. Hujan meteor
yang waktu itu kayaknya lebih heboh dari yang terakhir kali sih.” Buggy, sebuah
robot berwujud mirip kecoak berkomentar pada Maria, dia lalu melompat dari
dahan pohon ke atas kepala gynoid yang ada di bawahnya. “Bagus ya.”
“Iya~!” Maria mengangguk
mengiyakan. “Jadi seperti ada festival, dan aku suka sekali dengan festival~!”
“Yang benar saja, ini
menyebalkan.”
Ryouta langsung
berkomentar mendengar ucapan Maria. Robot kekar bermata satu itu punya alasan
yang bagus kenapa dia tidak menyukai situasi semacam ini.
“Tapi sekarang kamu
jadi lucu deh, Ryouta~!”
Maria membalas ucapan
Ryouta sambil nyengir ke arah mantan mesin perang itu. Saat ini Ryouta terlihat
dikerubungi oleh setidaknya lima ekor Backpacker dalam berbagai bentuk dan
warna. Mereka terlihat kebingungan karena tidak berhasil menemukan celah untuk
mencapai sumber radiasi yang berasal dari dalam tubuh android besar itu.
Berbeda dengan Maria
atau Buggy yang memiliki sumber tenaga Sol yang ramah lingkungan, tenaga
penggerak Ryouta adalah reaktor nuklir mini yang masih memancarkan sedikit
radiasi nuklir. Berhubung radiasi semacam itu adalah makanan bagi para
Backpacker atau para Pohon Pengembara, mereka jadi senang sekali mendatangi
Ryouta. Biasanya sih para Backpacker liar tidak mau dekat-dekat karena melihat
tubuh besar Ryouta. Tapi karena saat ini mereka berjumlah sangat banyak dan
sudah menyadari kalau robot besar itu tidak berbahaya, makhluk-makhluk mirip
kadal itu langsung berkerumun di sekitar tubuh Ryouta. Sebenarnya sih bagi
Ryouta tidak ada masalah kalau ada banyak Backpacker yang mengerumuninya, hanya
saja itu membuatnya tidak bisa melakukan tugasnya sebagai robot konstruksi.
“Habis ini aku dan
robot-robot konstruksi lainnya pasti bakalan sibuk sekali.”
Ryouta berkomentar
sambil memandang ke arah bangunan-bangunan beton kota Bravaga yang kini dihiasi
dengan semak-semak, pohon, dan tanaman rambat.
“Emangnya kenapa?”
Maria bertanya sambil menoleh ke arah Ryouta.
Ryouta balas menatap
ke arah kedua mata Maria, yang masih terlihat berbinar-binar penuh semangat dan
rasa ingin tahu. Kalau sudah begitu, sulit bagi Ryouta untuk tidak merinding
membayangkan masalah yang bakalan ditimbulkan oleh gadis robot itu.
“Yah, biar pun mereka
tidak berbahaya, tapi beberapa dari mereka kan bisa menancapkan akar-akarnya ke
dalam lapisan beton bangunan,” balas Ryouta, dia lalu ganti menatap Buggy. “Dan
itu berarti juga jaringan kabel-kabel bawah tanah juga bakal kacau.”
Mendengar ucapan
Ryouta, Buggy langsung mengeluarkan desah panjang. Sebagai robot yang bertugas
memperbaiki dan merawat jaringan kabel-kabel komunikasi dan energi di bawah
kota Bravaga, tentu saja dia tahu kalau tugasnya setelah ini akan jauh lebih
berat dari biasanya. Itu belum ditambah fakta kalau beberapa waktu yang lalu
dia nyaris tewas di jaringan bawah tanah kota. Waktu itu tubuh Buggy mengalami
kerusakan berat akibat tertimpa reruntuhan lorong bawah tanah saat hujan meteor
terjadi. Kalau bukan karena aksi nekat Ryouta dan Maria, Buggy pastinya tidak
akan selamat dari kecelakaan itu.
“Aku enggak mau ke
bawah tanah dulu untuk sementara waktu deh.” Buggy akhirnya berkomentar sambil
menoleh ke arah Maria, yang balas tersenyum ke arahnya. “Untuk sementara aku
libur dulu ya~!”
“Kalau Buggy libur,
mau ikut main denganku?” Maria langsung bertanya pada temannya itu. “Gimana?”
“Tentu saja~!” balas
Buggy dengan riang. Sementara itu Ryouta yang menyaksikan percakapan antara
kedua temannya itu langsung menghela nafas panjang. Dia tahu kalau tidak lama
lagi dia akan mati-matian berusaha menyelamatkan keduanya dari masalah yang mereka
buat sendiri.
Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi nantinya ... Ryouta bergumam dalam hati sambil menatap hutan kota
Bravaga yang terbentang di hadapannya.
****
Suasana kota Bravaga
yang lain dari biasanya membuat Maria semakin bersemangat menjalani kegiatan
hariannya: berkeliling kota, dan sesekali, berbuat iseng kepada beberapa warga
kota. Tapi untuk hari ini, gynoid itu tidak berniat membuat onar, dia hanya
ingin melihat seluruh jenis Backpacker yang datang mengunjungi kota tempat
tinggalnya itu. Sebab Maria menyadari kalau beberapa jenis yang dia lihat
sekarang, belum pernah dia lihat sebelumnya, dan tentu saja itu membuatnya
penasaran.
Selagi Maria berjalan
mengelilingi kota, dia tiba-tiba saja melihat sesosok robot yang dia kenal baik.
Agak berbeda dengan robot lain di kota Bravaga, robot yang ini memiliki kepala dengan
bentuk yang mirip layar televisi kuno dan mengenakan jas lab panjang berwarna
putih. Berbeda pula dengan hampir semua warga Bravaga, yang satu ini bukan
robot biasa, dia adalah Automa, manusia yang telah lama memindahkan
kesadarannya ke tubuh mekanis. Dengan kata lain, dia adalah mantan manusia.
“Dokter~~!” Maria
langsung berseru menyapa robot itu sambil melompat tinggi, kemudian mendarat
tepat di depannya. “Halo~!”
“Oh! Halo Maria, kau
membuatku kaget.” Dokter berkomentar sambil menatap ke arah gynoid penuh
semangat yang berdiri di hadapannya itu. “Ada apa? Apa kau perlu perbaikan?”
Maria menggelengkan
kepalanya.
“Tidak, aku hanya
sedang jalan-jalan saja. Dokter sendiri sedang apa?” balas Maria. Dia lalu
menyadari kalau Dokter sedang membawa sebuah buku catatan bersampul kulit
tebal, dan sepertinya tengah menuliskan sesuatu di sana. “Itu buku apa?”
Dokter mengangkat
buku catatan yang dia pegang dan kemudian menyerahkannya kepada Maria. Gynoid
itu langsung menerima buku yang terlihat tua itu dengan mata berbinar-binar.
“Itu catatan
penelitianku soal Backpacker dan Travelling Tree,” ujar Dokter sambil menunjuk
ke arah bukunya. “Berhubung kejadian seperti ini cukup langka, aku tidak mau
kehilangan kesempatan mengamati jenis-jenis yang biasanya tidak hidup di
sekitar kota Bravaga.”
Maria membuka dan
kemudian mengamati isi buku yang di pegangnya. Seperti kata Dokter tadi, buku
itu berisi tulisan dan ilustrasi berbagai jenis Backpacker dan Pohon Pengembara.
Kalau melihat tebalnya buku ini, sepertinya Automa itu sudah lama sekali
mengamati dan mencatat berbagai jenis makhluk-makhluk yang muncul setelah era
Catastrophy itu. Hanya saja Maria agak heran kenapa Dokter masih menggunakan
metode kuno dengan menuliskan data dalam lembaran kertas seperti ini, padahal
ada cara yang lebih praktis seperti menggunakan memorinya sendiri atau alat
pencatat elektronik lainnya. Meskipun Maria penasaran soal itu, tapi dia tetap
saja lebih tertarik pada isi buku yang dipegangnya.
Maria menyadari kalau
dia belum pernah melihat sebagian jenis Backpacker dan Pohon Pengembara yang
ada di buku milik Dokter. Misalnya seperti Backpacker yang wujudnya mirip
kadal-setengah-ikan, atau Travelling Tree yang sebagian besar tubuhnya berwujud
bunga besar dengan mahkota yang berhiaskan totol-totol putih. Padahal dia
termasuk salah satu robot yang paling rajin menjelajahi hutan dan reruntuhan
kota manusia di sekitar kota Bravaga. Tapi tetap saja sepertinya masih banyak
hal yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, dan itu membuatnya semakin
bersemangat.
“Kok aku belum pernah
lihat yang ini, Dok?” Maria bertanya sambil menunjuk ke arah gambar Backpacker
setengah-ikan di buku yang dipegangnya. “Ini apa?”
“Ini Backpacker yang
kuberi nama ‘Cloud Fish’,” ujar Dokter sambil mengambil sebatang rokok dari
saku jas labnya. “Mereka jenis Backpacker terbang yang hidup berkelompok sambil
bermigrasi melintasi dataran ini, dan kurasa, mereka juga bermigrasi ke dataran
lainnya. Yang ini tidak pernah diam di satu tempat, jadi kita hampir tidak
pernah melihat mereka di sekitar Bravaga.”
Maria memperhatikan
gambar Backpacker di buku yang dia pegang.
“Lucu ya~!” ujarnya
sambil tersenyum. Dia lalu menatap lurus ke arah mata Dokter. “Tapi kalau
Backpacker ini jenis langka di Bravaga, kenapa Dokter bisa tahu dan bisa
menggambar ini? Pastinya Dokter pernah melihat Cloud Fish ini kan? Ayo,
ceritakan padaku di mana Dokter ketemu mereka?”
Kalau saja Dokter
memiliki wajah yang dilengkapi simulator ekspresi, dia pasti sudah tersenyum
lebar. Rasa ingin tahu Maria dan ekspresi wajahnya yang mirip seperti anak
kecil yang selalu bersemangat, membuat hampir siapa pun yang bertemu dengannya
akan terpana. Selain itu, Dokter menyadari kalau Maria seringkali bersikap
lebih manusiawi, bahkan bila dibandingkan dengan dirinya sendiri yang dulunya
adalah manusia. Sehingga terkadang Dokter bertanya-tanya untuk apa Mother
melahirkan robot dengan tingkat teknologi kepribadian secanggih ini.
“Kau mau melihat
mereka?” Dokter bertanya pada Maria sambil menghembuskan asap rokoknya ke
langit. “Kalau perkiraanku tepat, sekarang ini mereka seharusnya belum
berpindah ke dataran lain. Ditambah lagi kota Bravaga baru saja dihujani oleh
meteor yang membawa berbagai macam radiasi, kurasa ini saat yang paling pas
kalau kau mau melihat para Cloud Fish itu.”
“Di mana?!” Maria
langsung berseru penuh semangat. “Ayo! Katakan padaku, di mana aku bisa melihat
Cloud Fish ini, Dokter?!”
Dokter tertawa pelan mendengar
seruan Maria yang penuh semangat.
“Datanglah ke
tempatku besok, aku akan mengantarmu ke tempat para Cloud Fish ini biasa
mampir,” ujar Dokter. “Jangan lupa ajak Ryouta juga. Soalnya perjalanan kita
agak jauh dan lumayan berbahaya. Kita mungkin akan butuh bantuannya.”
Mendengar ucapan
Dokter, senyuman lebar terkembang di wajah Maria, membuat Gynoid itu terlihat
semakin kekanakan. Kedua matanya juga berbinar-binar penuh semangat dan rasa
ingin tahu yang besar.
“Jangan khawatir Dok!
Aku pasti akan mengajak Ryouta ikut bersama kita~!” ujar Maria. Dia lalu
menambahkan dengan cengiran lebar. “Lagipula, enggak mungkin dia menolak ikut
kalau kubilang aku mau pergi jauh ke dalam hutan.”
Dokter tertawa pelan,
kemudian mengelus kepala Maria dengan lembut, membuat Gynoid berambut hitam itu
tersenyum malu.
“Nah, kalau begitu
aku harus kembali bekerja. Masih banyak Backpacker dan Pohon Pengembara yang
harus kulihat dan kucatat selagi mereka di sini,” ujarnya sambil mengulurkan
sebelah tangannya.
Maria langsung
mengembalikan buku tebal yang dipegangnya.
“Kalau begitu sampai
besok ya, Dokter~!”
Tanpa basa-basi lagi,
Maria berbalik dan berlari-lari kecil melintasi jalanan kota Bravaga yang kinin
dihiasi semak-semak berbunga warna-warni. Tidak lama kemudian sosok Gynoid itu
sudah menghilang di persimpangan jalan. Sementara itu, Dokter masih berdiri di
tempat, dia lalu menoleh ke arah Central Tower, menara tinggi menjulang yang
berdiri tegak di tengah kota Bravaga.
“Maria ya ...”
ujarnya, entah pada siapa.
****
“Jadi kita ini mau
kemana?”
Ryouta bertanya pada
Dokter dan Maria yang berjalan dibelakangnya, sementara dia membuka jalan di
depan yang sudah tertutup semak belukar dan pepohonan. Sesekali dia harus
menyingkirkan bangkai kendaraan atau reruntuhan bangunan yang menghalangi
jalan.
“Entah~!” sahut Maria
dengan ceria, mengabaikan tatapan Ryouta yang tajam menusuk. “Pokoknya jalan
saja deh~!’
“Iya, pokoknya jalan
aja~!” timpal Buggy yang bertengger di atas kepala Maria. Robot berbentuk
kecoak itu lalu menoleh ke arah Dokter yang berjalan di samping. “Dok, memang
tempatnya jauh ya? Soalnya bahkan kami saja belum pernah menjelajah sampai ke
area ini nih.”
Dokter menoleh ke
arah Buggy dan menghembuskan asap rokok ke udara.
“Lumayan jauh,”
ujarnya. “Dan agak berbahaya. Makanya kita mengajak Ryouta kali ini.”
“Tuh, dengar kan?
Masih jauh loh~!” ujar Maria sambil nyengir, kemudian berlari kecil dan
menghampiri Ryouta. “Jadi, nikmati saja ya.”
Ryouta melirik ke
arah gynoid yang berjalan disampingnya sembari bersenandung kecil. Sebenarnya
dia enggan menjelajah hutan dan reruntuhan kota di area ini. Sebab ada bagian
dari reruntuhan kota manusia di sekitar Bravaga yang dihuni oleh banyak mutan
buas dan robot liar. Beberapa kali dia dan Maria pernah bertemu dengan mereka,
dan biasanya pertemuan itu tidak berakhir dengan baik ... setidaknya untuk para
mutan buas dan robot liar.
Sampai sejauh ini
Ryouta tidak mendeteksi adanya bahaya di sekitarnya, tapi dia tidak boleh
lengah dan tetap mengaktifkan semua sensor pendeteksi di tubuhnya. Soalnya
terakhir kali dia lengah saat menjelajah hutan reruntuhan kota seperti ini,
sebuah robot liar nyaris mencelakakan Maria dan Buggy.
“Cloud Fish ini,
sebenarnya apa sih Dok?” Maria ganti bertanya pada Dokter yang berjalan di
belakangnya. “Kalau dilihat-lihat, bentuknya beda sekali dengan Backpacker
terbang yang biasa kulihat.”
“Glider maksudmu?”
balas Dokter. “Yah, aku sendiri tidak tahu pasti. Tapi Cloud Fish ini termasuk
jenis Backpacker paling unik yang kutahu.”
“Unik bagaimana?”
Kali ini Ryouta yang bertanya.
“Kalau Glider terbang
dengan sayap, Cloud Fish terbang dengan memanipulasi gravitasi di sekitarnya,”
jawab Dokter sambil mengambil sebatang rokok lagi dari saku jasnya. “Dan sejauh
yang kutahu, mereka juga satu-satunya Backpacker yang sepertinya tidak terpengaruh
dengan keberadaan Kabut Elektrik.”
“Maksudnya?” tanya
Ryouta lagi. Dia mulai tertarik dengan Cloud Fish ini, terutama setelah Dokter
menyebutkan soal Kabut Elektrik, kabut misterius perwujudan kekacauan
ruang-waktu yang muncul setelah Catastrophy dan kepunahan ras manusia.
Dokter menghembuskan
asap rokoknya. “Aku pernah melihat kawanan mereka terbang langsung ke arah
Kabut Elektrik, sementara Backpacker lain langsung menghindar begitu kabut itu
muncul.”
“Lalu?” Maria
bertanya pada Dokter dengan mata penuh rasa ingin tahu. “Lalu bagaimana
Dokter?”
“Yah, tidak ada yang
terlihat istimewa sih setelah mereka keluar dari kabut itu,” jawab Dokter.
“Tapi ...”
“Dokter!”
Ucapan Dokter
terputus oleh seruan Ryouta. Mendengar itu, Dokter, Maria, dan Buggy langsung
menghampiri Ryouta yang masih setengah jalan menyingkirkan sebatang pohon
tumbang yang menghalangi jalan. Ketika mereka sampai di samping android besar
itu, keduanya langsung terbelalak kaget.
Saat ini mereka
sedang berada di tebing yang mengarah ke sebuah kawah besar yang dipenuhi oleh
kawanan Pohon Pengembara dengan berbagai jenis dan ukuran. Tumbuh-tumbuhan yang
bisa bergerak dan berpindah tempat itu terlihat dikelilingi oleh beberapa ekor Backpacker
yang berbentuk mirip kadal dengan ekor ikan. Makhluk-makhluk itu tidak lain
merupakan Cloud Fish yang dimaksud dalam buku milik Dokter. Para Cloud Fish itu
melayang dalam sebuah kawanan kecil sambil bergerak luwes di udara, persis
seperti gerakan kawanan ikan di dalam laut.
Menyaksikan
pemandangan itu, Maria langsung menutup mulutnya karena kagum, sembari berusaha
menahan perasaan ingin menjerit kegirangan. Kedua mata gynoid itu langsung
berbinar-binar melihat kawanan Cloud Fish yang bergerak mengitari kawah.
“Kurasa kita beruntung,”
ujar Dokter. “Terakhir kali aku kesini, hampir seluruh kawanan Cloud Fish sudah
pergi meninggalkan area ini dan memulai migrasi mereka. Jadi aku hanya bisa
melihat beberapa ekor saja. Tapi sekarang sepertinya kita datang di waktu yang sedikit
lebih tepat.”
“Mereka seperti
kawanan ikan ya,” celetuk Buggy sambil berpindah bertengger di atas kepala
Ryouta. “Selain itu setengah badannya juga seperti ikan. Memangnya Backpacker
ini apa sih, Dok?”
Dokter mengangkat
bahunya.
“Aku tidak tahu
pasti,” ujarnya sambil menghembuskan asap rokok ke udara. “Konon katanya mereka
mendadak muncul dalam jumlah besar di seluruh dunia setelah Catastrophy
terjadi. Setelah itu jumlah mereka semakin banyak dan jenisnya juga semakin
bermacam-macam seiring dengan kepunahan ras manusia. Sebagai tambahan, muncul
juga para Travelling Trees, tidak lama setelah Backpacker muncul. Kehadiran
mereka seolah-olah melengkapi kehadiran Backpacker yang muncul terlebih
dahulu.”
Dokter berhenti
sejenak untuk menghembuskan asap rokoknya lagi, dia lalu bergantian menoleh ke
arah Ryouta dan Maria.
“Apa ada hubungan
antara Backpacker dan para Travelling Tree?” tanya Ryouta dengan nada serius.
“Dari yang kami tahu di Bravaga, keduanya mampu menyerap radiasi berbahaya dan
menggunakannya sebagai sumber makanan. Selain itu, sejauh yang kutahu, aku
belum pernah melihat ada Backpacker memangsa Travelling Trees dan sebaliknya.
Bukannya itu aneh?”
Dokter mengangguk
mengiyakan.
“Aneh memang,”
ujarnya. “Itu belum ditambah fakta kalau DNA Backpacker dan Travelling Trees
nyaris identik. Dan kalau dugaanku benar, mereka semua seharusnya berasal dari
satu nenek moyang yang sama.”
“Lalu nenek moyangnya
itu siapa, Dok?” Maria bertanya dengan nada antusias.
Kali ini Dokter
mengangkat bahunya.
“Aku tidak tahu,”
jawabnya jujur. “Yang jelas mereka tidak pernah ada sebelum Catastrophy
terjadi, dan kalau pun mereka muncul secara alami, rasanya kemajuan evolusi
mereka terlalu pesat. Seperti ada sesuatu yang dari awal membuat mereka bisa
beradaptasi dan berubah dengan cepat.”
Maria dan Ryouta
saling pandang, sementara Buggy masih asyik mengamati beberapa ekor Cloud Fish
yang masih ‘berenang’ mengitari kawah di bawahnya.
“Eh, ngomong-ngomong,
Cloud Fish itu makhluk malam ya, Dok?” tanya Buggy tiba-tiba.
“Emangnya kenapa?”
balas Maria.
Buggy menoleh ke arah
gynoid itu dengan tatapan heran.
“Soalnya aku
mendeteksi lebih banyak Cloud Fish di sekitar kita daripada yang terlihat di
bawah sana,” ujarnya santai. Dia lalu menunjuk ke arah reruntuhan gedung tidak
jauh dari tempat Ryouta dan kawan-kawan berada saat ini. “Di sana ada banyak
sumber panas yang sama kayak yang di kawah.” Dia lalu menunjuk ke arah lain,
tepatnya ke hutan lebat yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman merambat.
“Di sana juga banyak.”
Mendengar ucapan
Buggy, Dokter langsung berkomentar.
“Kurasa mereka bisa
melihat atau merasakan kehadiran kita, kemudian memutuskan untuk bersembunyi,”
jawab Automa itu sambil membuka buku catatannya. “Ini menarik. Mungkin saja
waktu itu sebenarnya para Cloud Fish masih di sini, tapi karena mereka tahu aku
datang, sebagian besar dari mereka memilih untuk bersembunyi.”
“Yaah~! Enggak seru
ah!” gerutu Maria sambil menghela nafas panjang. Dia merasa kecewa karena tidak
bisa melihat lebih banyak lagi Cloud Fish. “Memangnya kita tidak bisa memancing
mereka keluar?”
“Bisa saja,” sahut
Dokter. “Tapi harus dengan umpan yang tepat. Berhubung yang kita hadapi ini
Backpacker, kita butuh sumber radiasi yang cukup kuat untuk menarik mereka
keluar dari tempat persembunyiannya.”
Ryouta yang mendengar
dan menyaksikan dialog antara Dokter dan Maria langsung menghela nafas. Android
besar bermata satu itu tiba-tiba saja melepas jaket hijau lengan buntung yang
dia kenakan, kemudian menyerahkannya kepada Maria, yang kini kebingungan melihat
tingkah laku temannya itu.
“Eh? Kamu mau apa?”
tanya Maria kebingungan. Dia lalu bergantian memandangi jaket hijau di
tangannya dan sosok kekar Ryouta yang bertelanjang dada. Tubuh logamnya yang
berwarna putih terlihat berkilauan diterpa teriknya sinar matahari.
“Ryouta?” tanyanya
lagi.
“Kita butuh umpan
kan?” tanya Ryouta dengan entengnya. “Aku punya satu yang ampuh sekali.”
Tanpa basa-basi,
Ryouta langsung melompat menuruni kawah dan mendarat dengan suara dentum keras,
sehingga membuat semua Cloud Fish yang ada di sekitar kawah langsung kabur
seketika. Android itu lalu mendongak ke arah Maria, Buggy, dan Dokter yang
masih terlihat bingung dengan aksi anehnya itu.
<Jangan ada yang
mendekat. Efek sampingnya bisa berbahaya untuk Cyberbrain biasa> Ryouta
bicara melalui saluran nirkabel langsung kepada Buggy dan Maria, yang masih
berdiri di tepi kawah sambil kebingungan. <Selain itu, tolong rahasiakan
dari kakek Tesla kalau aku melakukan ini.>
<Eh? Memangnya
Ryouta mau ngapain?> tanya Maria kebingungan.
“Jangan-jangan ... AMW?”
gumam Buggy.
“AMW?” Maria bertanya
dengan nada heran kemudian menoleh ke arah robot mirip kecoak itu. “Apa itu?”
“Anti-Machina
Weaponry,” sahut Buggy dengan nada sedikit ketakutan. “Senjata khas Guardia
yang dulu dipakai buat melumpuhkan kemampuan Machina, dan bikin mereka jadi
lemah. Ryouta masih punya satu di badannya.”
Kedua mata Maria
langsung terbelalak mendengar ucapan Buggy, sebab Ryouta tidak pernah cerita
kalau dirinya masih menyimpan sebuah senjata maut di tubuh hasil
rekonstruksinya itu. Setahu Maria, android mantan Guardia itu sudah kehilangan
semua senjatanya setelah tubuhnya dibuat ulang oleh Mother. Begitu tahu kalau
Ryouta masih menyimpan sebuah senjata mematikan, Maria merasa sedikit ngeri,
terlebih karena mendengar kalau senjata itu dibuat khusus untuk melawan para
Machina.
“Enggak usah takut, Ryouta
enggak bakalan benar-benar menggunakan senjata itu kok. Paling-paling dia cuma
mau bikin badai elektromagnet,” ujar Buggy. Dia lalu menunjuk ke arah Ryouta dengan
salah satu kakinya yang ramping. “Perhatikan.”
Saat ini Ryouta sedang
berdiri sambil mengaktifkan fungsi-fungsi sistem dan tubuh yang hampir tidak
pernah dia gunakan setelah dibangkitkan kembali oleh Mother. Android itu
merasakan sensasi aneh, ketika reaktor nuklir di tubuhnya bekerja keras
menyuplai energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan senjata Anti-Machina
miliknya itu. Pada saat yang bersamaan, Ryouta merasakan perasaan ngeri
sekaligus rindu, seolah-olah tubuhnya sudah lama sekali ingin melakukan ini.
<All system,
engaging Anti-Machina Weaponry>
Dengan diiringi suara
denging samar, pelat-pelat pelindung di belakang punggung Ryouta terbuka. Dari
balik punggung android besar itu, muncul mesin-mesin kecil yang kemudian merangkai
diri menjadi sebuah lingkaran halo yang bersinar dengan warna biru terang.
Saat ini, sosok
Ryouta sebenarnya mirip seperti seorang malaikat tanpa sayap yang baru saja
turun dari surga, kalau saja dia tidak terbuat dari logam dan hanya memiliki
satu mata yang kini bersinar dengan warna merah. Itu belum ditambah butir-butir
cahaya yang berputar di sekitar halo di punggung Ryouta, yang sesekali juga
mengeluarkan kilatan listrik. Pada saat yang sama, udara di sekitar android
kekar itu terlihat bergelenyar bagaikan terbuat dari benda cair.
“Indahnya ...” Maria
bergumam ketika melihat sosok Ryouta dan AMW miliknya itu. “Seperti ...”
“Malaikat?” sambung
Buggy.
Maria pun mengangguk
mengiyakan, sedangkan Dokter terlihat seperti menunjukkan ekspresi kalau dia
geram dengan perbuatan Ryouta. Meskipun tidak memiliki ekspresi wajah, Automa
itu tanpa sadar meremas rokok yang masih menyala dengan sebelah tangannya. Walaupun
Dokter tahu Ryouta adalah sosok Guardia yang memiliki tugas utama sebagai
pelindung, tapi tetap saja, senjata seperti AMW yang dimiliki robot itu sangat
berbahaya. Dalam sosoknya yang asli, Ryouta bisa dengan mudah meratakan satu
blok kota dengan Anti-Machina Weaponry miliknya itu. Meskipun sekarang kekuatan
senjata itu jauh lebih lemah dari yang aslinya, tapi Dokter tetap tidak
menyukainya.
“Dokter! Lihat~!”
Lamunan Dokter
dibuyarkan oleh seruan girang dari Maria. Gynoid itu tampak menunjuk-nunjuk ke
arah dasar kawah, tempat Ryouta berdiri sambil mengaktifkan AMW-nya.
Berbeda dengan
sebelumnya, kali ini ada ratusan, atau bahkan ribuan, Cloud Fish yang bergerak
meliuk dan berputar di sekitar Ryouta. Para Backpacker yang tadi bersembunyi
itu, kini berebutan keluar dari tempat persembunyiannya untuk mendapatkan
santapan lezat yang keluar dari tubuh logam Ryouta. Makhluk-makhluk mungil
dengan berbagai warna dan corak itu terlihat bagaikan berdansa di sekitar sosok
Ryouta yang kini memancarkan radiasi elektromagnetik ke segala arah. Kulit Cloud
Fish yang bersisik halus serta memantulkan cahaya matahari sore itu berkilau indah ketika mereka melayang mengitari Ryouta. Sesekali mereka terlihat
melakukan gerakan meliuk dan berputar, seolah mereka sedang menari kegirangan.
Tidak hanya Cloud
Fish, ternyata aksi Ryouta juga mengundang kehadiran jenis Backpacker lainnya,
seperti Glider dan Crawler. Mereka semua akhirnya terpancing keluar dari tempat
persembunyiannya dan bergerak cepat mendekati sumber makanannya itu.
Saat ini, sosok Ryouta
terlihat begitu mengesankan, dengan tubuh yang memancarkan cahaya dan
dikelilingi oleh begitu banyak Backpacker yang bergerak melingkar dengan
teratur. Seolah-olah makhluk-makhluk itu sedang memutari sebuah pusat yang
begitu sakral bagi mereka. Pada saat yang sama, makhluk-makhluk dari era Catastrophy
itu mulai bersuara merdu. Seakan-akan mereka sedang melakukan pertunjukan
paduan suara sambil menari berputar mengelilingi Ryouta.
“Luar biasa!”
Dokter yang melihat
pemandangan menakjubkan itu langsung melupakan rasa bencinya. Ini pertama
kalinya dia melihat begitu banyak Backpacker berkumpul di satu tempat yang sama
dan menunjukkan gerak teratur seperti itu. Ini juga pertama kalinya Dokter
menyaksikan berbagai jenis Backpacker yang berkumpul dan melakukan rangkaian tarian,
serta nyanyian seperti itu. Tidak perlu diingatkan lagi, Automa itu langsung
menuliskan semua detail yang bisa dia amati ke dalam buku catatannya.
Sementara itu Maria
sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kejadian menakjubkan yang
terjadi tidak jauh di hadapannya. Gynoid itu mati-matian harus menahan diri
untuk tidak melompat ke dasar kawah dan ikut menari berputar mengelilingi
Ryouta. Dia tahu kalau radiasi elektromagnetik di bawah sana begitu kuat dan
sangat berbahanya baginya, atau pun bagi Buggy. Bahkan dari tempatnya berdiri,
Maria bisa merasakan gangguan kecil dalam sistem tubuhnya, sama seperti saat
dia tersesat dalam Kabut Elektrik beberapa waktu yang lalu.
Pertunjukan
menakjubkan yang dipertunjukkan oleh Ryouta dan AMW-nya itu hanya berlangsung
selama beberapa menit saja. Setelah Ryouta menghentikan aliran energi ke
lingkaran halo di punggungnya, perlahan-lahan para Backpacker yang berkumpul di
sekelilingnya pun kembali menyelinap ke tempat persembunyian masing-masing. Hanya
ada beberapa Glider dan Cloud Fish yang tampak masih berusaha mencari sumber
radiasi yang kini hanya berasal dari generator nuklir di dalam tubuh Ryouta.
Sambil menunggu seluruh sistem dan tubuhnya
kembali normal, Ryouta mendongak ke atas, tepatnya ke arah Maria yang balas
tersenyum lebar ke arahnya.
<Bagaimana?>
Ryouta bertanya pada gynoid itu melalui komunikasi nirkabel.
Maria mengangguk
bersemangat.
<ITU TADI HEBAT
SEKALI~!> jeritnya begitu keras. <Encore~~! Lagi~!>
Ryouta menghela nafas
panjang.
<Maaf, dengan
tubuhku yang sekarang, aku hanya bisa menggunakan ini sekali dalam beberapa
hari ini> balas Ryouta sambil menepuk dadanya. <Stabiliser dan banyak
part lain tubuhku bisa rusak parah kalau nekat melakukan itu sekali lagi.>
Maria tampak kecewa,
tapi dia tidak boleh protes, karena sudah dia sudah melihat sebuah pertunjukan
yang luar biasa. Oleh karena itu, dia harus merasa puas. Terlebih karena Ryouta
kini terlihat lelah setelah mengaktifkan AMW miliknya itu.
<Kalau begitu, ayo kita pulang saja~!
Sebentar lagi gelap kan?> Maria akhirnya bicara lagi pada Ryouta sambil
nyengir lebar ke arah robot bertubuh kekar itu. <Kau juga pasti capek dan
butuh istirahat kan?>
Ryouta mengangguk dan
tersenyum dalam hati.
<Ya. Ayo kita
pulang.>
****
Sama seperti waktu
mereka datang, perjalanan pulang Maria dan kawan-kawannya nyaris tanpa
hambatan. Hanya ada sekali kejadian waktu seekor mutan mencoba menerkam Buggy,
kemudian nyaris tersedak sampai mati gara-gara tidak bisa menelan robot kecoak
itu. Tapi selebihnya, perjalanan mereka lancar dan tidak lama kemudian, mereka
pun sampai di rumah Dokter yang berada di tengah reruntuhan kota. Karena area
tersebut sudah termasuk area aman di tepi kota Bravaga, Maria dan Buggy
memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, sementara Ryouta masih ingin bicara
sedikit dengan Dokter.
“Sampai jumpa
besok~!”
Maria berseru riang
selagi dia berlari menuju ke arah jalur Pohon Pengembara yang menjadi alat
transportasi ke kota. Tidak lama kemudian sosok Maria, dan Buggy yang menumpang
di atas kepalanya, sudah menghilang ditelan kerimbunan hutan di sekitarnya.
Sementara itu, Ryouta dan Dokter masih berdiri saling berhadapan.
“Ini pertama kalinya
aku melihatmu mengeluarkan senjata.” Dokter berkomentar sambil menghidupkan
sebatang rokok. “Kenapa?”
Ryouta menoleh ke
arah Dokter.
“Aku tidak mengerti
maksudmu?” tanya Ryouta.
“Kenapa kau tiba-tiba
saja mau menggunakan senjata mautmu itu?” Dokter lalu menunjuk ke arah Ryouta
dengan batang rokoknya yang menyala. “Aku kenal kau cukup lama. Walaupun masih
menyimpan satu-dua senjata dalam tubuhmu, tapi kau tidak pernah mau
menggunakannya. Tapi kenapa sekarang kau tiba-tiba saja mengaktifkan senjatamu,
terlebih itu adalah Anti-Machina Weaponry?”
Ryouta mengangkat
bahunya. Dia benar-benar tidak tahu kenapa dia tiba-tiba saja mau mengaktifkan
Anti-Machina Weaponry miliknya itu, terlebih karena alasan yang bisa dibilang cukup
sepele, yaitu dia ingin memancing para Cloud Fish keluar dari tempat
persembunyiannya.
“Aku ... tidak tahu,”
jawab Ryouta jujur. “Itu terjadi begitu saja.”
Dokter menatap lurus
ke arah mata Ryouta yang bulat dan besar. Dalam benaknya, Automa itu bertanya-tanya
sejauh mana Guardia tua ini telah berubah sejak dia dibangkitkan kembali oleh
Mother. Waktu pertama kali dia bertemu dengan Ryouta, android itu sama seperti
rata-rata robot dengan kecerdasan buatan di era sebelum Catastrophy. Tapi
perlahan-lahan Dokter menyadari ada banyak perubahan pada diri Ryouta, baik
pada tingkat emosi dan kecerdasannya.
“Kau banyak berubah,”
ujar Dokter sambil menyalakan entah batang rokok ke berapa hari ini. Dia lalu
memandang ke arah cahaya terang di kejauhan yang berasal dari kota Bravaga.
“Kau dan semua robot di kota Bravaga. Kalian semua berubah sejak dibangunkan
atau diperbaiki oleh Mother.”
Ryouta menoleh ke
arah Automa itu.
“Dan apakah itu
buruk?” tanyanya dengan nada serius.
Dokter menggelengkan
kepalanya.
“Tidak. Justru itu
bagus,” ujarnya. “Kalian semua bersikap semakin mirip manusia.”
Ryouta memicingkan
matanya mendengar ucapan Automa di hadapannya itu.
“Apa itu artinya
robot sepertiku juga mulai memiliki sifat-sifat buruk manusia?” tanya Ryouta.
Dia lalu memandang ke sekelilingnya, ke arah kota yang hancur akibat perang dan
bencana alam. “Seperti hasrat ingin menguasai dan menghancurkan alam
sekitarnya?”
Dokter terkejut
mendengar ucapan Ryouta. Dia tidak menyangka android besar itu akan mengajukan
pertanyaan semacam itu. Meskipun demikian, Dokter memahami kalau pertanyaan itu
berasal dari fakta bahwa Ryouta dulunya adalah mesin perang. Meskipun dia
adalah ‘Guardia’, atau pelindung, tetap saja Ryouta adalah sebuah robot yang
dirancang untuk melawan dan menghancurkan robot lainnya atau bahkan ... manusia
lainnya.
“Sejujurnya ... aku
tidak tahu.” Dokter akhirnya bicara setelah berpikir selama beberapa saat. Dia
lalu mengetuk dada Ryouta dengan sebelah tangannya. “Tapi aku percaya kau dan
robot-robot seperti Maria dan Buggy, tidak akan melakukan kesalahan yang sama
seperti yang kami lakukan di masa lalu. Kalian bukan generasi penghuni bumi
yang hanya akan merusak dan menghancurkan alam di sekitar kalian. Dari yang
kuamati sampai saat ini, justru para robot lah yang berusaha memperbaiki
kerusakan yang telah dibuat oleh kami, manusia. Dan kurasa untuk itulah Mother
menanamkan sesuatu yang lain pada diri kalian.”
“Dan apa itu,
Dokter?” tanya Ryouta penasaran
“Kebebasan ...” ujar
Dokter.
Automa tua itu berhenti
sejenak untuk menghembuskan asap rokoknya ke langit malam yang berhiaskan
bintang-bintang dan bulan yang setengah hancur, kemudian melanjutkan
perkataannya.
“... dan juga hati
yang penuh rasa kemanusiaan.”
****
~FIN?~
red_rackham 2015
Comments