[Cerpen EAT 2011]: Pengembaraan Sang Penjaga Labirin

[Cerpen EAT 2011]: Pengembaraan Sang Penjaga Labirin
Oleh: red_rackham

Lena menatap tajam ke arah kota Niehls, sebuah kota pertambangan tua yang nyaris runtuh dimakan waktu dan dilupakan para dewa. Kota yang menjadi saksi kebangkitan dan keruntuhan Kerajaan Galena yang dulu pernah menguasai separuh benua ini. Namun keserakahan para penguasa kerajaan itu telah membuka portal menuju dunia para Deimos, makhluk-makhluk yang akhirnya meruntuhkan kejayaan Kerajaan Galena dan menebar teror di seluruh benua pada masa lalu. Kini yang tersisa dari Kerajaan Galena adalah cerita-cerita mengenai kejayaan dan kemegahan di masa lampau.
Kota ini begitu suram sekarang....gumam Lena dalam hati sambil memandangi sebuah pabrik bertenaga uap di kejauhan.
Dalam benaknya Lena masih bisa mengingat kemegahan kota Niehls, ibukota Kerajaan Galena. Dia masih bisa mengingat saat-saat dirinya masih manusia biasa. Saat-saat dirinya bukanlah penjaga gerbang Labirin Ilusi, labirin raksasa di bawah kota Niehls yang dibangun untuk menahan keganasan para Deimos.
Hembusan angin lembut berputar di sekitar Lena, membuat lonceng kecil di pergelangan tangannya berdenting dengan suara jernih namun tegas. Pada saat yang sama, suara denting lonceng lain juga terdengar namun suaranya terdengar jauh ringan dan lembut.
Lena menoleh ke samping dan melihat sosok Yuki yang berdiri di sampingnya. Ketika memandangi gadis itu, Lena menyadari ada sesuatu yang tidak biasa. Wajah Yuki yang biasanya cerah dan penuh senyum, akhir-akhir ini terlihat muram. Tentu saja ini membuat Lena khawatir.
“Kenapa kau?” tanya Lena.
“Lena, maafkan aku....” balas Yuki dengan lirih.
“Untuk apa?” sahut Lena dengan nada agak ketus.
Yuki terdiam dan tampak tidak berani melanjutkan perkataannya. Gadis itu akhirnya membisu, membuat Lena semakin bertanya-tanya.
Dia ingin bertanya lagi pada Yuki, namun sosok-sosok makhluk yang tidak seharusnya berkeliaran di kota telah menarik perhatiannya.
“Deimos!” seru Lena penuh kebencian. Tanpa sadar senyum mengerikan tersungging di bibir tipisnya.
Sambil mengeratkan lilitan syal di lehernya, Lena mengambil ancang-ancang.
“Yuki! Ayo!”
Lena langsung melompat tinggi ke udara, meninggalkan Yuki yang tetap terdiam di tempat. Mata gadis itu tampak terarah ke tempat lain, bukan ke arah para Deimos yang sedang mengendap-endap di antara kegelapan kota Niehls.
Sejenak Lena bertanya-tanya mengenai keanehan sikap Yuki akhir-akhir ini. Tapi Lena tahu dirinya tidak boleh memikirkan itu sekarang. Sekarang ada beberapa ekor Deimos yang berhasil keluar dari Labirin Ilusi.
Sebagai penjaga kota Niehls, sudah menjadi tugas Lena dan Yuki untuk ‘mengirim’ iblis-iblis itu pulang ke labirin, atau menghabisi mereka. Sebuah tugas yang mereka emban demi menyelamatkan orang-orang yang mereka sayangi. Sebuah tanggung jawab sekaligus kutukan yang telah dijalani Lena dan Yuki selama ratusan tahun.
Lena tidak pernah menyesal karena menukar sisi ‘manusia’ miliknya dengan kekuatan untuk melawan para Deimos. Selama ada Yuki disampingnya, dia tidak akan kesepian dan merasa sedih. Yuki selalu ada di sampingnya dan selalu menjadi penopang bagi Lena setiap saat.
Tapi ada satu pertanyaan yang selama ini selalu mengganggu pikiran Lena.
Apakah Yuki bahagia dengan hidup seperti ini?
Meski selalu menganggu pikirannya, Lena tidak berani menanyakan itu pada Yuki. Gadis itu takut tidak bisa menerima jawaban yang akan diberikan oleh orang yang paling dia sayangi itu.
Lena menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatif dalam kepalanya. Saat ini dia harus berkonsentrasi penuh agar perburuannya malam ini tidak gagal.
“Kalian bisa lari, Deimos. Tapi tidak bisa sembunyi dariku!” Lena berseru nyaring sambil mendarat di atap sebuah rumah. Sambil bersiul pelan, Penjaga Labirin itu membunyikan lonceng kecil di tangannya dan memulai perburuannya.

****

Sama seperti biasanya, Lena bangun menjelang matahari terbenam. Dengan segera gadis itu berganti pakaian dan berjalan keluar dari tempat tinggalnya. Sekilas dia memandangi menara tinggi yang menjadi tempat tinggalnya itu. Menara tinggi itu adalah satu dari sedikit bangunan yang bertahan dari masa keruntuhan Kerajaan Galena. Selain menara itu, ada satu lagi menara serupa di sisi lain kota Niehls, yang merupakan tempat tinggal Yuki.
Seperti yang telah dia lakukan selama ratusan tahun, Lena berjalan mendaki bukit yang ada di tengah kota Niehls. Dia lalu duduk di potongan tembok dari sebuah kastil yang sudah lama runtuh. Sambil melamun, Lena memandangi warga kota Niehls yang bergegas pulang ke rumah masing-masing. Biarpun Lena dan Yuki selalu melindungi kota Niehls, warga kota itu tahu nyawa mereka tetap dalam bahaya selama mereka berada di luar rumah. Itulah mengapa kota tua ini sudah seperti kota mati, meskipun matahari baru terbenam kira-kira satu jam yang lalu.
Lena lalu membaringkan tubuhnya dan menunggu kedatangan Yuki.
Cukup lama Lena menunggu tapi sosok Yuki tidak kunjung muncul, padahal bulan sudah mulai tinggi di langit.
Kenapa Yuki lama sekali? tanya Lena kebingungan.
Lena segera bangkit dan memandang ke segala arah. Tapi dia tidak bisa menemukan tanda-tanda keberadaan Yuki sama sekali.
Dimana kau?
Sekali lagi Lena memicingkan matanya dan memandang ke segala arah. Tapi dia tetap gagal menemukan dimana Yuki berada. Perasaan gadis itu mulai tidak karuan. Lena langsung melompat tinggi ke udara, kemudian melesat menuju ke arah menara tempat tinggal Yuki. Sesampainya di depan menara tinggi itu, Lena tertegun sesaat karena menyadari tidak ada yang aneh di menara itu. Pintu menara terkunci rapat dan tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan disana.
“YUKI!!”
Lena berseru nyaring, kemudian menunggu selama beberapa menit. Namun sama sekali tidak ada jawaban dari Yuki. Kekhawatiran Lena semakin menjadi-jadi. Gadis itu lalu mendobrak paksa pintu menara dengan satu tendangan dan segera melangkah masuk. Lena semakin kebingungan karena tidak menemukan Yuki dimanapun.
Yuki....apa yang terjadi? Dimana kau sebenarnya? tanya Lena kalut.
Sekali lagi Lena menggeledah seluruh isi menara tempat tinggal Yuki, namun dia tidak menemukan satupun petunjuk dimana gadis itu berada.
Tiba-tiba Lena mendapatkan satu pemikiran yang tidak menyenangkan.
Yuki diculik oleh pada Deimos!
Ketika pikiran itu terlintas di benaknya, Lena langsung menghambur ke luar menara dan berlari dengan kecepatan tinggi ke arah bukit tinggi, tempat dia dan Yuki biasa bertemu. Dengan cepat Lena berlari ke arah sebuah kuil kecil.
Saat Lena hendak masuk ke kuil, tiba-tiba gadis itu melihat sesuatu yang berkilau di tanah. Kedua mata Lena terbelalak lebar ketika melihat kalau benda itu tidak lain adalah lonceng kecil milik Yuki. Lonceng itu selalu tergantung di leher Yuki dan tidak pernah dia lepaskan sama sekali.
Ketika melihat lonceng itu ada di depan kuil itu, kemarahan Lena meledak seketika. Dia sekarang yakin kalau Yuki memang diculik oleh para Deimos. Tanpa pikir panjang gadis itu berjalan menuruni tangga lorong yang terhubung dengan pintu gerbang menuju Labirin Ilusi, tempat para Deimos terperangkap selama ini. Dengan paksa Lena membuka gerbang labirin dan langsung dihadang oleh kegelapan pekat yang tampak berputar-putar menyesatkan.
“MINGGIR!”
Lena meraung sambil menghentakkan kakinya. Seketika itu juga kegelapan di hadapannya langsung tersibak, menampakkan barisan makhluk-makhluk mengerikan yang dinamakan Deimos itu. Mereka semua kebingungan karena labirin ajaib yang menyesatkan mereka tiba-tiba saja hilang. Para Deimos itu lalu ketakutan ketika melihat sosok Lena yang tiba-tiba saja datang ke labirin. Makhluk-makhluk yang biasanya menebar ketakutan di hati manusia, kini berbalik menjadi mangsa ketakutan itu sendiri.
“Siapa diantara kalian yang menculik Yuki?!” geram Lena sambil mengepalkan kedua tangannya. “JAWAB!”
Sunyi.
Tidak satupun Deimos berani mengeluarkan suara. Mereka semua tahu kalau Lena memiliki kekuatan melebihi Raja Deimos sekalipun. Kalau ada Deimos yang nekat menyerang, maka dia pasti akan mati konyol di tangan Lena. Itu alasan mengapa makhluk-makhluk itu sebenarnya pasrah setiap kali Lena atau Yuki mengejar mereka yang berhasil keluar dari labirin. “Baiklah. Kalau tidak satupun dari kalian yang mau menjawab....aku akan bertanya dengan cara lain....” Lena berhenti sejenak, lalu mengangkat tinjunya. “....dengan ini tentu saja!”
Kepanikan langsung melanda ruang labirin luas yang nyaris tanpa batas itu. Para Deimos langsung berhamburan ke segala arah. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari amukan Lena. Meskipun beberapa Deimos sempat melawan dengan gigih, tapi sayangnya mereka yang melawan dihabisi dengan cara yang mengerikan. Pada akhirnya para Deimos itu harus pasrah menerima amukan Lena, sambil berharap mereka mati dengan cepat dan tanpa rasa sakit.
Sambil terus mengamuk dan menghabisi Deimos manapun yang menghalangi jalannya, Lena terus-menerus berseru dalam hati.
Yuki! Aku akan menyelamatkanmu!!!

****

Lena keluar dari Labirin Ilusi dengan langkah gontai. Penyerbuannya ke dalam labirin tidak membuahkan hasil, dia bahkan berkelana terlalu dalam hingga akhirnya mencapai area yang tidak terikat waktu. Akibatnya tanpa disadarinya, Lena sudah menghabiskan waktu beberapa minggu di dalam sarang para Deimos itu.
Yuki....kenapa kau menghilang begitu saja?
Lena bertanya pada dirinya sendiri sambil menengadah. Tanpa sadar air mata mengalir di pipinya. Gadis itu lalu menyeka air matanya dengan tangannya yang berlumur darah para Deimos. Meski dirinya sudah menjelajah ke seluruh sudut Labirin Ilusi, tapi dia tidak menemukan petunjuk dimana Yuki berada.
Sambil terus memikirkan Yuki, Lena berjalan tanpa arah hingga akhirnya sampai di dekat tembok tinggi dan tebal yang mengelilingi kota Niehls. Sebuah gerbang logam raksasa tampak berdiri kokoh di depan sang Penjaga Labirin itu. Karena sedih, kebingungan dan putus asa, Lena akhirnya duduk bersandar di pintu gerbang kota.
“Yuki....” gumam Lena pilu.
Sambil menunduk, Lena mulai menangis tanpa suara. Selama ini Yuki selalu ada di sisinya dan selalu menjadi kekuatan untuk melalui tahun-tahun yang amat sangat panjang dalam hidup abadi Lena. Gadis itu tidak pernah membayangkan dirinya akan terpisah dari Yuki dengan cara seperti ini.
Lena merogoh kantungnya dan mengeluarkan lonceng kecil yang biasanya selalu tergantung di leher Yuki. Dengan sedih Lena memandangi benda mungil itu. Lonceng itu adalah bukti kesanggupan dirinya dan Yuki untuk menjaga kota Niehls dari para Deimos. Bagi Lena lonceng kecil itu merupakan benda yang sangat berharga, sekaligus sebuah kenangan dari masa sebelum dirinya melepaskan sisi manusia-nya.
“No...nona kenapa duduk disitu?”
Tiba-tiba Lena mendengar ada yang menyapanya. Gadis itu menengadah dan melihat sosok seorang prajurit penjaga kota berdiri di hadapannya. Prajurit itu tampak membawa sebuah lentera dan sebatang tombak di tangannya. Di samping prajurit itu, ada dua orang prajurit lain yang tampak ketakutan melihat sosok Lena.
Wajar saja. Di kota Niehls, tidak ada orang yang tidak mengenal sosok Lena dan Yuki. Mereka berdua dipuja, dikagumi, sekaligus ditakuti oleh penduduk kota. Banyak yang menganggap kedua gadis itu sebagai dewi pelindung, tapi banyak juga yang menganggap mereka tidak berbeda jauh dari para Deimos.
“Pergilah! Jangan ganggu aku....aku ingin sendirian,”geram Lena.
Sang prajurit tampak bergeming karena nada bicara Lena yang ketus dan dingin.
“Se...sendirian?” tanya si prajurit kebingungan sekaligus ketakutan.
“Benar! Ada masalah?” balas Lena sambil berdiri, membuat ketiga prajurit di depannya langsung mundur dengan raut wajah dipenuhi ketakutan luar biasa.
“Ti...tidak....tapi....beberapa minggu lalu kami lihat Penjaga Labirin yang satu lagi pergi melewati gerbang kota bersama seseorang,” ujar si prajurit pembawa lentera dengan tergagap karena ngeri.
Seketika itu juga Lena langsung meraih kerah pakaian si prajurit dan mendorongnya sampai membentur pintu gerbang kota.
“Siapa orang itu?! Siapa orang yang berani membawa pergi Yuki dari kota ini?! SIAPA?!!!”
Prajurit yang ditahan oleh Lena langsung gemetar tidak karuan. Karena tidak sabar, Lena menyentuh dahi si prajurit dan menggunakan kekuatannya menyelami ingatan si prajurit. Dengan cepat dia berhasil menemukan ingatan ketika sang prajurit melihat Yuki pergi meninggalkan kota Niehls bersama seorang pria. Begitu melihat ingatan itu, Lena langsung meraung murka.
DIA! Orang itu yang membawa pergi Yuki dari kota ini!! Tidak akan kumaafkan!!!
Lena ‘membakar’ sosok sang pria itu dalam ingatannya. Sosok pria berambut keemasan dengan pakaian sederhana, langsung tergambar dengan sangat jelas dalam benak Lena. Wajah dan sorot mata pria itu tampak lembut, sangat kontras dengan tubuhnya yang cukup kekar. Sebuah senjata semacam bumerang besar tampak tergantung di punggungnya. Dari ingatan si prajurit, Lena mengetahui nama sang pria itu adalah Raff dan dia adalah seorang pengelana. Tampaknya Raff dan Yuki bermaksud menuju ke Melria, sebuah kota yang berada jauh di utara Niehls.
Raff....Melria.....YUKI!! jerit Lena dalam hati.
Setelah selesai mengambil ingatan dari si prajurit, Lena mendorong si prajurit dengan kasar. Kedua orang prajurit lainnya langsung kabur secepat mungkin sebelum Lena mengamuk. Tapi gadis itu tidak berniat mengamuk. Dia mengulurkan kedua tangannya dan menyentuh gerbang kota Niehls yang berukuran raksasa.
Dengan sekali dorongan, gerbang berat itu terbuka dengan suara derit nyaring yang memekakkan telinga. Suara itu sudah lebih dari cukup untuk membuat para prajurit penjaga gerbang segera berkumpul, tapi tidak seorangpun berani mengambil tindakan. Mereka semua hanya bisa terdiam menyaksikan Lena membuka paksa gerbang kota dengan tangan kosong.
Tunggu aku Yuki! Aku pasti akan menemukanmu dan membawamu pulang ke Niehls!
Begitu gerbang terbuka, Lena tanpa ratu melangkahkan kakinya melewati gerbang tersebut. Sekilas dia menoleh ke arah para prajurit yang masih terpaku di tempat, kemudian berseru nyaring sambil terus melangkah keluar dari kota Niehls.
“Kalian semua! Jaga kota baik-baik!! Jangan sampai ada Deimos yang berkeliaran di dalam kota! Ingat itu!!”
Para prajurit penjaga kota hanya bisa ternganga ketika mendengar perintah Lena.

****

Perjalanan menyusuri jejak Yuki menuju ke kota Melria bukanlah perjalanan yang mudah bagi Lena. Berbagai macam rintangan silih berganti menghadang dan selalu menghambat perjalanannya. Tentu saja Lena bisa mengatasi semua rintangan yang menghadang dengan kekuatannya. Tapi pada saat yang sama dia juga menebar kekacauan dan kehancuran di tempat-tempat yang dilewatinya.
Kota Vrox adalah yang pertama menjadi korban kekuatan Lena. Kota yang merupakan tempat tinggal orang-orang berkekuatan supranatural itu, kini hampir setengahnya rata dengan tanah. Lena mengamuk ketika Guild kota Vrox menyerangnya dan amukannya itu telah meruntuhkan sebagian besar gedung di kota tersebut. Entah berapa banyak nyawa yang melayang, tapi Lena tidak peduli. Gadis itu sanggup melakukan apapun demi mengejar sosok Yuki yang semakin jauh dari jangkauannya.
Yuki!
Kota berikutnya yang hancur setelah dilewati Lena adalah Cruzon, sebuah kota besar yang sedang dilanda perang saudara. Tanpa memandang kubu yang sedang bertikai di kota itu, Lena menyapu bersih pasukan militer yang nekat menghalangi jalannya. Hanya dalam waktu kurang dari 4 hari, perang saudara di kota Cruzon terhenti karena warga kota kini berhadapan musuh baru yang jauh lebih berbahaya. Namun pada akhirnya ribuan nyawa melayang begitu saja dalam usaha untuk membunuh Lena.
Yuki!!
Kota ketiga yang disinggahi Lena adalah Exar, sebuah kota yang makmur. Berbeda dengan kota yang dia lewati selama ini, Exar adalah satu-satunya kota yang warganya tidak berusaha membunuhnya. Sayangnya itu tidak berlangsung lama karena ada orang-orang yang ingin memanipulasi Rena demi memperkaya diri mereka. Seminggu setelah Lena singgah, kota Exar berubah menjadi kota yang miskin akibat kemarahan sang Penjaga Labirin kota Niehls itu.
Yuki!!!
Lena sudah tidak ingat lagi berapa banyak tempat yang telah dihancurkannya. Dia sudah tidak bisa menghitung berapa banyak nyawa yang dia hilangkan. Gadis itu bahkan nyaris kehilangan dirinya sendiri. Untung saja lonceng miliknya tetap membuatnya sadar siapa dirinya. Sayangnya apa yang telah Lena perbuat dalam perjalanannya, tidak berbeda dengan apa yang diperbuat oleh para Deimos jauh di masa lampau. Tapi Lena sudah tidak mau memikirkan itu lagi. Pikirannya hanya tertuju pada sosok gadis yang begitu berarti baginya.
Yuki...........
Lena berbaring di tengah genangan lumpur dan darah. Tatapan mata gadis itu tampak kosong ketika dia memandangi awan kelabu yang tergantung rendah di langit. Sekujur tubuh gadis itu terasa kaku dan tidak bisa digerakkan. Di sekitar Lena tampak terbaring makhluk-makhluk mengerikan dengan berbagai wujud, tapi mereka semua sudah tidak bernyawa.
Aku tidak tahan lagi......ini siksaan.....
Lena bergumam sambil menangis. Dia sudah hampir putus asa untuk melanjutkan perjalanannya. Saat ini dirinya berada di kota Tartaria, sarang monster-monster yang bahkan jauh lebih ganas dari para Deimos di bawah kota Niehls. Tapi kini tidak lagi. Hampir setengah monster yang hidup di kota itu telah dibantai habis oleh Lena. Sayangnya dalam pertarungan dahsyat itu Lena terluka parah dan kehilangan sebelah tangannya.
Kematian terasa jauh lebih mudah daripada terpisah darimu....Yuki....
Lena sudah kehilangan semangat dan harapan. Kini dia hanya ingin mati. Sayangnya dia tidak bisa mati. Bagaikan seekor phoenix, Lena dan Yuki akan bangkit kembali dari sebutir telur ketika kematian menjemput. Namun keduanya tidak pernah merasakan itu, karena selama ini mereka belum pernah mati.
Dengan pasrah Lena menutup matanya dan ingin membiarkan kematian merenggutnya. Tapi suara lonceng kecil yang ada di pergelangan tangannya membuat Lena kembali bangkit.
Tidak! Aku tidak boleh menyerah! Sebelum bertemu Yuki, aku tidak akan menyerah!! Aku pasti akan menemukannya!

****

Lena meneruskan perjalanan dengan sisa tenaga yang dia miliki. Meski dengan susah payah, akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuannya. Kota Melria. Ketika melihat kota para pemburu monster itu, Lena menahan nafasnya. Setelah menempuh perjalanan panjang yang mengerikan, akhirnya dia tiba di tempat tujuannya.
Tapi kini Lena gelisah dan ketakutan. Dia tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan untuk mencapai kota ini. Dia takut dirinya tidak bisa menemukan Yuki di kota Melria. Lena tahu tubuhnya sudah lama melewati batas kematian. Hanya kekuatan tekad untuk bertemu Yuki saja yang membuatnya terus bertahan. Lena bahkan sudah melupakan kemarahannya pada Raff, lelaki yang telah membawa Yuki pergi dari kota Niehls. Saat ini yang diinginkan Lena hanyalah bertemu Yuki untuk terakhir kalinya.
Sambil menggenggam erat loncengnya, Lena berdoa sepenuh hati.
Wahai penguasa takdir....aku mohon padamu! Pertemukan aku dengan Yuki di kota ini! Jangan biarkan aku menderita lebih lama lagi!
Bagai menjawab doanya, tiba-tiba suara lonceng terdengar dari kantungnya. Dengan mata terbelalak, Lena menyadari suara itu berasal dari lonceng milik Yuki yang dibawanya.
YUKI?!
Seketika itu Lena memandang ke segala arah. Pandangannya lalu terpaku ke sosok gadis berambut perak yang tampak bersandar di tembok sebuah bangunan. Gadis itu tidak lain adalah Yuki. Begitu melihat sosok Yuki, Lena langsung berlari sambil berseru penuh sukacita dan penuh kesedihan mendalam.
“Yuki!!” Lena menjerit memanggil nama Yuki
Tapi belum sampai Lena ke tempat Yuki, mendadak dia terjatuh. Kini Lena menyadari kalau ajal sudah menjemputnya. Sambil terbaring tidak berdaya, Lena memandangi sosok Yuki yang berlari menghampirinya. Air mata membasahi pipi Yuki ketika gadis itu memeluk tubuh Lena.
“Lena, apa yang kau....”
“Akhirnya aku menemukanmu.....” Lena berbisik lirih sambil mengambil lonceng kecil dari kantungnya, kemudian menyodorkan benda itu pada Yuki. “Kau melupakan ini....”
Melihat lonceng itu, tangis Yuki semakin menjadi. Sayangnya Lena sudah tidak bisa mendengar atau melihat apapun. Dia merasakan kematian perlahan-lahan merasuk ke dalam tubuh abadinya. Sekujur tubuh Lena perlahan-lahan memudar dan tampak berkilauan.
“Yuki....aku bahagia bisa melihat wajahmu untuk terakhir kalinya....” bisik Lena lirih sambil membelai pipi Yuki dengan lembut. “Kalau aku kembali ke fase awal....jagalah aku. Aku tidak ingin sendirian lagi. Aku ingin selalu bersamamu ketika terlahir lagi ke dunia ini.......”
Seiring dengan ucapan itu, Lena menyerahkan dirinya pada kematian. Senyum damai tersungging di bibir gadis itu. Meskipun harus menunggu entah berapa lama sampai terlahir kembali, Lena tahu kalau Yuki akan selalu ada disisinya. Lena berjanji ketika bangun dari tidur panjangnya dia akan selalu berada di sisi Yuki, apapun yang terjadi.
Aku akan selalu berada di sisimu, Yuki. Selamanya.

****
~FIN~


Author's Note:
Cerita ini merupakan hasil lomba event EAT 2011 yang di diselenggarakan oleh kemudian.com
Cerita ini merupakan pararel story dari cerita milik kyuukou_okami yang merupakan partner kolaborasi saia. Cerpen milik kyuukou_okami dapat ditemukan di blog ini, atau di link ini

Comments