Everyday Adventure II
Everyday Adventure II: Tahun Baru
“Ryouta!!!”
Ryouta langsung berbalik ketika mendengar seruan
itu. Android bertubuh besar itu terkejut bukan main ketika melihat sosok gynoid
yang berlari ke arahnya. Sambil tersenyum lebar, gynoid berambut hitam panjang
itu langsung melompat dan memeluknya, hingga membuat Ryouta nyaris kehilangan
keseimbangan. Tapi dengan segera dia menyeimbangkan dirinya, lalu berseru
dengan marah pada robot gadis yang menubruknya itu.
“Maria?! Sedang apa kau disini?!”
“Sedang mengganggumu,” sahut Maria sambil
nyengir lebar.
Ryouta langsung mendesah kesal. Saat ini dirinya
tengah berada di area konstruksi sebuah gedung baru yang sedang dibangun.
Sebagai salah satu android yang diciptakan dengan kekuatan fisik yang besar,
Ryouta menggunakan kekuatannya itu untuk membantu pembangunan gedung-gedung di
kota Bravaga.
“Kalau begitu minggir sana! Tempat ini
berbahaya!” gerutu Ryouta sambil mendorong tubuh Maria agar menjauh dari
dirinya. Tapi gynoid itu masih saja berdiri di depan Ryouta.
“Aku tahu itu. Tapi kan ada Ryouta disini,”
sahut Maria, masih dengan nada riang.
Ryouta langsung menepuk wajahnya. Dia lalu
menarik kerah baju Maria dan menarik tubuh gynoid itu menyingkir dari area
konstruksi. Tentu saja Maria memberontak, tapi usahanya sia-sia karena Ryouta
jauh lebih kuat darinya. Pada akhirnya gynoid itu pasrah ketika temannya itu
menyeretnya keluar. Ryouta baru mau melepaskan Maria setelah membawa gynoid itu
keluar pagar yang membatasi area konstruksi tempatnya bekerja.
“Jadi...mau apa kau kesini? Bukannya sudah
kubilang jangan dekat-dekat area konstruksi! Tempat ini berbahaya!” ujar Ryouta
sambil melepas helm titanium yang dia kenakan.
“Ah! Tidak akan berbahaya. Kan ada kamu disini,”
balas Maria, masih sambil nyengir lebar dan itu membuat Ryouta mulai jengkel.
“Maria!” geram Ryouta. “Kau...!”
“....aku kemari untuk mengajakmu pergi nanti
malam,” potong Maria sambil berjalan mundur beberapa langkah. “Apa kau lupa
nanti malam ada apa?”
Ryouta berpikir sejenak, lalu dia teringat kalau
hari ini adalah hari terakhir di kalender tahun ini. Dengan kata lain, malam
nanti adalah malam pergantian tahun. Malam tahun baru. Dia baru ingat soal itu
sekarang, karena akhir-akhir ini dia disibukkan dengan pekerjaan konstruksinya
yang harus segera diselesaikan.
Astaga! Itu
sebabnya kenapa akhir-akhir ini aku banyak melihat hiasan-hiasan dan
robot-robot berpenampilan aneh di Bravaga! Kenapa aku sampai lupa!
Ryouta
langsung menepuk kepalanya lagi.
“Nah! Kau sudah ingat kan!” ujar Maria lagi.
“Malam ini ada festival malam tahun baru di sekitar Central Tower dan tentu
saja aku ingin kau pergi bersamaku.”
Kalau dia bisa tersenyum, Ryouta pasti tersenyum
lebar. Dia merasa senang sekali karena Maria sampai repot-repot datang ke
tempat kerjanya, hanya untuk mengajaknya pergi ke festival malam tahun baru.
“Ayolah! Kau kan tidak kerja malam nanti...”
ujar Maria lagi dengan nada merajuk.
Ryouta langsung menepuk kepala Maria dan
mengusapnya dengan lembut.
“Tentu saja aku akan pergi bersamamu,” balas
Ryouta.
Maria langsung bersorak gembira dan melompat
dengan riangnya.
“Yeah!!”
Tanpa menunggu lagi, Maria langsung berbalik dan
berlari menjauh. Gynoid itu lalu melambaikan tangannya ke arah Ryouta, lalu
berseru nyaring.
“Kalau begitu aku tunggu jam 8 malam di depan
toko energi Genie Lamp!!”
Segera setelah menyerukan kalimat itu, Maria
langsung melompat tinggi dan menghilang di antara atap gedung-gedung tinggi
yang ada di sisi jalan.
Ryouta langsung menghembuskan nafas lega karena
Maria akhirnya pergi. Dia lalu berbalik dan bersiap untuk kembali bekerja, tapi
android itu sempat berhenti sejenak.
Tidak
terasa...tahun ini pun sudah hampir berakhir.
Ryouta bergumam pada dirinya sendiri, sambil
memandang ke arah sebuah menara besar yang berada tepat di tengah-tengah kota
Bravaga.
****
Malam tahun baru di kota Bravaga adalah sesuatu
yang sangat spesial bagi penghuninya. Untuk memperingati momen pergantian tahun
tersebut, setiap tahun selalu diadakan festival dan karnaval meriah di kota
para robot tersebut. Gedung-gedung kota yang biasanya terlihat begitu ‘biasa’
dan tidak menarik, kini sudah dihiasi berbagai macam akesoris dan ornamen yang
tampak mencolok. Warna-warna cerah sengaja disapukan di berbagai sudut kota,
ditambah dengan hiasan lampu-lampu berwarna-warni yang melintang di antara
gedung-gedung, membuat suasana kota Bravaga menjadi sangat meriah.
Beberapa robot bahkan sengaja menghias diri
dengan cat dengan warna-warna mencolok, atau mengganti bagian tubuh mereka
dengan bentuk-bentuk yang aneh dan tidak wajar. Ada juga robot yang mengenakan
berbagai jenis aksesoris berwarna-warni, hingga mereka tampak lucu dan aneh karena dandanan nyentrik
mereka.
“Kemana dia? Lama sekali!”
Ryouta menggerutu sambil mengecek jam internal
yang terpasang di dalam tubuhnya. Dia mulai jengkel karena sudah setengah jam
dia berdiri di depan toko energi Genie Lamp, namun sosok Maria belum terlihat
juga.
“Sabar. Wanita itu butuh waktu lebih lama dari
pria dalam soal berdandan.”
Buggy yang sudah datang lebih awal dari Ryouta,
berkomentar sambil bertengger di atas papan nama yang ada di samping pintu
toko. Kedua mata robot berbentuk mirip kecoak raksasa itu tampak
berbinar-binar. Jelas sekali kalau dia sangat menikmati suasana kota yang
sangat meriah ini.
“Yang benar saja...” gerutu Ryouta lagi sambil
memutar satu-satunya mata yang dia punya.
“Ryouta~! Buggy~!! Maaf aku terlambat!!”
Ryouta dan Buggy langsung menoleh ke arah sosok
yang memanggil nama mereka berdua. Sosok itu tidak lain adalah Maria. Tapi kali
ini Maria tampak berbeda dengan biasanya. Setidaknya pakaian yang dia kenakan.
Kalau biasanya Maria mengenakan pakaian yang
sederhana dan terkesan tomboi, kali ini gynoid itu tampak anggun dengan gaun
yang dia kenakan. Rambut panjangnya yang berwarna hitam, terlihat sangat
kontras dengan gaun biru langit yang dia kenakan. Sekilas robot gadis itu terlihat
bagaikan seorang putri.
“Astaga! Kau cantik sekali!”
Buggy langsung berkomentar sambil terbang
menghampiri Maria. Robot itu lalu terbang berputar sekali sebelum mengacungkan
jempol mungilnya.
“Gaun itu memang cocok sekali untukmu,” puji
Buggy lagi.
Maria tampak tersipu malu.
“Ah! Jangan seperti itu! Aku jadi malu!” balas
Maria sambil memegangi kedua pipinya.
“Ayo! Sana temui Ryouta! Dia sudah menggerutu
terus dari tadi!”
Buggy lalu mendorong Maria agar berjalan lebih
cepat. Keduanya lalu sampai di depan Ryouta yang tidak henti-hentinya
memandangi Maria.
“A...apa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?”
ujar Maria sambil berkacak pinggang. “Apa ada yang aneh dengan pakaianku?”
Ryouta langsung menyadari hal itu dan
memalingkan wajahnya. Dia sadar kalau tadi dia sempat terpana dengan sosok
Maria yang tampak anggun dan cantik, sehingga membuatnya terdiam selama
beberapa saat.
“Tidak. Tidak ada yang aneh. Ayo kita pergi
sekarang!” balas Ryouta sambil berjalan mendahului Maria.
Melihat sikap acuh Ryouta, Maria langsung
cemberut tapi dia tetap saja berjalan mengikuti Ryouta. Dia merasa agak kecewa
karena Ryouta tampak tidak terkesan dengan penampilannya.
“Jangan terlalu dipikirkan,” celetuk Buggy,
seolah-olah robot itu bisa membaca apa yang dipikirkan oleh Maria. “Biar cuek
begitu, Ryouta tadi sebenarnya sangat terkesan dengan kecantikanmu. Hanya
saja...yah...kau tahu sendiri sifatnya seperti apa.”
Maria memandangi Buggy sejenak, lalu tersenyum
lebar dan menepuk sisi tubuh Buggy.
“Kau benar. Sekarang ayo kita nikmati festival
ini!” seru Maria sambil segera berlari kecil mengejar Ryouta.
“Ayo~!” timpal Buggy sambil melayang diatas
kepala Maria dengan riang.
****
Festival malam tahun baru di kota Bravaga
berpusat di sebuah lapangan luas berbentuk lingkaran, yang berada tepat di
tengah kota. Lapangan itu tampak terbentang melingkar mengelilingi sebuah
menara tinggi yang disebut Central Tower. Menara tertinggi di kota Bravaga
tersebut adalah tempat tinggal Mother, ibu dari semua robot yang hidup di kota
tersebut. Mother sendiri merupakan sebuah mesin canggih yang mampu menciptakan
dan menyediakan berbagai macam suku cadang bagi semua robot yang tinggal di
Bravaga. Sesuatu yang beberapa ratus tahun yang lalu merupakan hal yang
mustahil didapatkan oleh mereka yang tinggal di kota para mesin itu.
Lapangan Central Tower yang biasanya sepi itu,
kini tampak ramai dengan berbagai macam robot yang sudah berkumpul di sana.
Beberapa di antara mereka tampak menjual berbagai macam barang dan membuka stand
jualan, namun ada juga yang terlihat sedang melakukan atraksi dan
mempertunjukan keahlian mereka. Sebagian besar robot tampak hanya berjalan
santai mengitari stand dan para seniman jalanan, tapi semuanya telihar gembira
dan menikmati suasana ramai di lapangan tersebut.
“Coba lihat! Ramai sekali disini!”
Maria berseru gembira sambil memandang ke segala
arah. Gynoid itu tampak begitu bersemangat dan antusias, meski setiap tahun
selalu datang ke festival ini.
“Tentu saja ramai. Hampir seluruh penduduk kota
Bravaga berkumpul di lapangan ini,” sahut Ryouta. Dia lalu menambahkan dengan
nada mengejek. “Awas. Jangan sampai terpisah nanti kau tersesat.”
Maria langsung merengut dan menyikut pinggang
Ryouta.
“Memangnya aku anak kecil!” protes Maria. Tapi
dia tidak bisa marah lama-lama, karena suasana meriah di festival malam
pergantian tahun itu membuatnya kembali bersemangat. Dengan riang gadis android
itu menarik tangan Ryouta.
“Ayo! Kita bersenang-senang!!”
(Art by Mukhlis Nur / Sinlaire)
Maria benar-benar membuat Ryouta mengikutinya
kemanapun dia pergi. Dia tampak terkagum-kagum ketika melihat sekelompok robot
memamerkan kemampuan akrobatik mereka. Dia juga tampak begitu gembira ketika
menari bersama Buggy di atas sebuah panggung musik kecil. Pokoknya, malam itu
Maria benar-benar bersenang-senang.
Sosok Maria yang menari riang diiringi alunan
musik memukau banyak robot yang hadir di festival itu. Sang gynoid cantik itu
kini menari berputar di atas panggung dan membuat beberapa robot yang tadinya
asyik menari, kini justru memandangi Maria dengan tatapan kagum. Gerak
tariannya yang riang dan penuh semangat benar-benar membuat siapa pun yang
melihatnya pasti akan sangat terkesan. Kini sosok Maria benar-benar menjadi
pusat perhatian semua robot yang hadir di sekitar panggung musik tersebut.
Meski tidak bisa tersenyum, tapi sebenarnya saat
ini Ryouta sedang tersenyum lebar. Dia juga menikmati suasana ramai dan riang
gembira dari festival malam tahun baru ini. Biasanya Ryouta enggan menuruti
kemauan Maria yang seringkali kekanakan, tapi kali ini dia membiarkan robot
gadis itu berbuat sesukanya. Hanya saja Ryouta bersyukur karena kali ini Maria
bisa menahan diri dan tidak membuat masalah.
Ryouta mulai kembali mengingat-ingat berbagai
masalah yang sudah dibuat oleh Maria tahun ini. Android besar itu teringat satu
masalah serius, ketika Maria secara tidak sengaja merusak Solar Converter di
Solar Field. Gara-gara itu, setengah kota Bravaga harus mengalami pemadaman
bergilir karena kekurangan pasokan listrik.
Kuharap
tahun depan dia tidak membuat terlalu banyak masalah...gumam Ryouta dalam hati.
“Ryouta!”
Seruan Maria membuat Ryouta tersentak dari
lamunannya. Dia lalu menoleh dan melihat gynoid itu sedang memandang ke arahnya
dengan tatapan tajam.
“Apa?” balas Ryouta agak ketus.
“Ayolah! Bersenang-senang sedikit! Dari tadi kau
terlihat tidak bersemangat!” ujar Maria. Dia lalu menunjuk ke arah lain,
tepatnya ke arah Buggy yang sedang melakukan gerakan akrobatis di udara bersama
sebuah robot lainnya. “Coba lihat si Buggy! Dia saja terlihat begitu
bersemangat.”
“Sikapnya itu lebih mirip robot yang
cyber-brain-nya baru saja kena arus pendek,” celetuk Ryouta.
Maria langsung merengut lagi ketika mendengar
ucapan Ryouta. Tapi gynoid itu lalu tertunduk lesu. Dia tampak sedih karena
melihat Ryouta yang tampaknya tidak menikmati saat-saat bersamanya itu.
“Ryouta...apa kau tidak suka berjalan bersamaku
seperti ini?” tanya Maria dengan suara lirih. Dia lalu menengadah dan matanya
terlihat berkaca-kaca. “Apa kau sebenarnya merasa sangat terpaksa datang ke
festival ini bersamaku? Kalau memang begitu, lebih baik aku pulang saja...”
Maria baru saja akan berbalik dan berlari
pulang. Sayangnya ketika gynoid itu berbalik, dia tersandung gaunnya sendiri
dan kehilangan keseimbangannya. Maria pasti akan terjatuh kalau saja Ryouta
tidak buru-buru menahan tubuhnya.
“Dasar ceroboh!” gerutu Ryouta.
“Eh?!” seru Maria kaget.
Dengan lembut Ryouta membantu Maria berdiri,
kemudian menepuk pelan kepala gynoid itu.
“Aku tidak pernah bilang aku tidak suka pergi ke
festival ini bersamamu,” balas Ryouta sambil menghela nafas panjang. “Dasar
bodoh.”
“Apa katamu!?” balas Maria jengkel.
Tanpa memperdulikan seruan marah Maria, Ryouta
tiba-tiba saja menarik tangan robot gadis itu dan memaksanya mengikuti
langkahnya.
“Ryouta! Mau kemana?!” seru Maria kebingungan.
“Sudahlah! Ikut saja!” balas Ryouta, kali ini
dengan nada riang hingga membuat Maria heran. Tapi akhirnya gynoid itu tidak
berkata apapun dan berusaha mengikuti langkah lebar Ryouta. Meski masih
bingung, tapi Maria sekarang merasa penasaran dan berdebar-debar. Dia mulai
bertanya-tanya apa yang menyebabkan Ryouta tiba-tiba bersikap seperti aneh.
Aku jadi
penasaran! Seru gynoid itu dalam hati.
****
“Mau apa kita disini?”
Maria bertanya sambil memandang ke
sekelilingnya. Saat ini dirinya dan Ryouta sedang berada di depan sebuah menara
tua yang sudah tidak terpakai lagi. Menara tinggi masih terlihat kokoh itu
berada cukup jauh dari lapangan melingkar Central Tower, tempat festival malam
tahun baru diadakan.
“Ryouta! Tempat ini sudah tidak pernah digunakan
lagi entah sejak kapan! Memangnya ada apa disini?” tanya Maria lagi.
Dia sebenarnya tahu kalau menara tua yang ada di
hadapannya itu sudah berdiri sejak lama sekali, konon katanya menara itu jauh
lebih tua daripada Central Tower yang ada di pusat kota Bravaga. Maria bahkan
pernah mendengar kalau umur menara tua ini sama dengan bekas kota metropolitan
milik manusia, yang kini jadi reruntuhan di perbatasan selatan kota Bravaga.
Yang jelas ... tempat ini terlarang untuk
dimasuki. Maria saja yang gemar menjelajahi kota, tidak pernah masuk ke dalam
menara tua ini.
“Sudahlah! Ayo masuk!”
Ryouta mengabaikan pertanyaan Maria dan membuka
pintu besi tua yang ada di depannya. Suara derit nyaring terdengar ketika
tangan besar Ryouta membuka pintu yang tampak sudah bertahun-tahun tidak dibuka
itu. Segera setelah pintu menara itu terbuka, Ryouta langsung melangkah masuk
diikuti oleh Maria.
“Gelap!” keluh Maria ketika masuk dan mendapati
kalau ruangan di dalam menara itu gelap-gulita. Tapi sedetik kemudian
lampu-lampu yang menempel di dinding menara menyala dan seluruh isi ruangan
jadi terlihat dengan jelas.
Sebuah tangga melingkar yang menuju ke puncak
menara tampak terlihat menempel di dinding. Kedua mata Maria terbelalak ketika
melihat deretan lukisan tampak berjejer rapi di dinding menara. Lukisan-lukisan
itu tampak sangat tua dan cat di beberapa lukisan terlihat pudar atau mengelupas,
tapi apa yang terlukis di sana masih terlihat cukup jelas.
“Uwaah~! Tempat apa ini?!” seru Maria sambil
berlari menaiki tangga, lalu mengamati satu-persatu lukisan yang ada di
dinding. “Seperti sebuah galeri...”
“Tempat ini memang sebuah galeri kuno,” balas
Ryouta sambil berjalan menaiki tangga spiral. “Ayo. Kita naik ke tingkat paling
atas.”
Tanpa perlu di suruh, Maria langsung berlari
mendahului Ryouta dan akhirnya sampai di puncak menara. Di puncak menara yang
cukup tinggi itu, terdapat sebuah lonceng besar berwarna hitam yang tampak
sudah sangat tua. Lonceng itu berada di tengah-tengah lantai puncak menara yang
mirip sebuah podium terbuka. Dari ruangan itu, pemandangan kota Bravaga yang
dipenuhi lampu berwarna-warni dapat terlihat dengan jelas. Sungguh sebuah
pemandangan yang indah.
“Waah~!” seru Maria terkagum-kagum.
Tapi sebenarnya bukan pemandangan kota Bravaga
yang membuat gadis itu berseru kagum, melainkan lonceng raksasa yang ada di
tengah ruangan. Ketika melihat lonceng itu, Maria tidak tahan untuk tidak
mencoba membunyikan lonceng raksasa itu. Gynoid itu langsung menoleh ke segala
arah dan akhirnya mendapati sebuah tali baja terulur di sisi lain ruangan.
Maria baru saja akan menarik tali itu untuk
membunyikan lonceng, ketika tangan besar Ryouta menghentikannya.
“Tunggu dulu. Belum saatnya,” ujar Ryouta sambil
mengacungkan telunjuk di depan wajahnya.
“Apa maksudnya?” tanya Maria heran. “Sebenarnya
menara ini tempat apa sih? Tadi kau bilang ini adalah sebuah galeri kuno. Siapa
sih yang membuat galeri ini?”
“Manusia,” balas Ryouta. “Dulu sekali...”
“Kalau begitu ... menara ini juga dibuat oleh
manusia?” tanya Maria dengan mata berbinar-binar. Dia selalu bersemangat ketika
berbicara mengenai nenek moyangnya yang sudah punah itu.
“Tentu saja. Sayangnya aku tidak tahu pasti
siapa yang membuat menara ini. Tapi yang jelas para pencipta menara ini ingin
mengabadikan setiap tahun istimewa yang mereka lewati,” ujar Ryouta sambil
menunjukkan sebuah lukisan yang tadi dia ambil sambil naik ke puncak menara. Lukisan
itu menggambarkan situasi ketika sebuah roket luar angkasa diluncurkan.
Orang-orang di dalam lukisan itu tampak melambaikan tangan dengan penuh suka
cita ke arah roket yang sedang meluncur ke angkasa. “Kurasa ini salah satu cara
manusia mengabadikan momen-momen indah dalam hidup mereka. Dengan menuangkan
perasaan yang mereka rasakan saat itu ke dalam kanvas kosong. Sehingga
orang-orang setelah mereka masih bisa melihat dan merasakan perasaan itu,
bahkan setelah pelukisnya tidak ada lagi di dunia ini.”
Maria memandangi lukisan yang dibawa Ryouta itu
dengan seksama. Meski lukisan itu sudah kusam dan tampak mulai pudar, tapi
perasaan bahagia dan kagum yang dituangkan oleh pelukisnya masih bisa dirasakan
oleh gynoid itu.
“Manusia memang mengagumkan...” gumam Maria.
“Ya. Sayang sekali mereka sudah lama punah,”
balas Ryouta. Tiba-tiba android bertubuh besar itu menoleh ke arah langit di
luar menara. “Sudah hampir saatnya.”
“Hah?” tanya Maria kebingungan.
Ryouta lalu meletakkan lukisan yang dia bawa ke
sudut ruangan, lalu meraih tali lonceng dan melambaikan tali itu ke arah Maria.
“Ayo. Beberapa detik lagi tengah malam. Sudah
saatnya lonceng dibunyikan,” ujar Ryouta pada Maria. “Apa kau tidak mau menjadi
robot pertama yang memberitahukan detik pertama tahun baru pada semua robot
lainnya?”
Kedua mata Maria langsung terbelalak lebar dan
berlari menghampiri Ryouta. Kedua tangan gynoid itu segera meraih tali lonceng,
bersiap untuk membunyikan lonceng tua itu.
“Ini benar-benar membuatku berdebar-debar!” seru
Maria kegirangan.
Ryouta mengangguk.
“Bersiaplah...” ujar Ryouta. “Sepuluh detik lagi
menjelang pergantian tahun...9...8...7...6...5...”
“...4...3...2...1...” Maria menyambung perkataan
Ryouta, lalu berseru sekuat tenaga sambil menarik tali baja, yang terhubung
dengan lonceng raksasa di tengah ruangan. “SELAMAT TAHUN BARU!!!”
Bersamaan dengan seruan Maria, suara lonceng
terdengar bergema dengan sangat nyaring ke seluruh penjuru kota Bravaga. Suara
lonceng itu rupanya sangat jernih dan membuat para robot yang sedang berpesta
di lapangan Central Tower segera menoleh ke arah datangnya suara.
Awalnya mereka heran ketika mendengar suara
lonceng nyaring itu, namun satu-persatu, mereka mulai bersorak menyambut
datangnya tahun baru. Suara sorakan riang bisa terdengar di seluruh penjuru
Bravaga. Membuat malam hari di kota para robot itu terasa begitu hidup, seperti
di siang hari. Seluruh penduduk kota terdengar begitu antusias dalam menyambut
lembaran baru dalam kehidupan mereka.
Suara sorak-sorai para penduduk kota Bravaga
tentu saja terdengar jelas dari ruangan lonceng di puncak menara, tempat Ryouta
dan Maria berada. Meski suara lonceng yang mereka bunyikan tidak kalah nyaring,
tapi keduanya bisa mendengar suara sorakan penuh suka-cita dari para penduduk
kota Bravaga.
“Ryouta!” seru Maria.
“Apa?” balas Ryouta.
“Selamat tahun baru!!”
“Selamat tahun baru juga!! Semoga tahun depan
menjadi tahun yang bermakna bagi hidupmu,” balas Ryouta dengan nada riang.
“...dan semoga tahun depan aku tidak terlalu
sering tertangkap kalau sedang membuat masalah,” timpal Maria sambil nyengir
lebar.
Ryouta langsung melotot ke arah Maria tapi
android bertubuh besar itu lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tertawa selama
beberapa saat, kemudian terdiam tiba-tiba.
“Ehm...kau tidak serius kan?” tanya Ryouta.
“Aku serius!” balas Maria dengan nada serius,
tapi dengan ekspresi jahil.
Ekspresi wajah Maria langsung membuat Ryouta
menepuk wajahnya dengan keras.
Astaga!
Sepertinya tahun depan akan tetap jadi tahun yang berat ... setidaknya
untukku...
Ryouta bergumam dalam hati sambil memandangi
wajah Maria yang dihiasi senyuman lebar. Android bertubuh besar itu lalu
mendesah dan memalingkan wajahnya ke arah langit malam kota Bravaga.
Tapi
sudahlah ... selamat tahun baru untuk kita semua!
****
-FIN?-
Comments
(Rikku)